Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, PURWOKERTO -- Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) kembali mengukuhkan empat orang profesor secara bersamaan. Pengukuhan keempat profesor baru ini diselenggarakan secara daring dan luring terbatas di Gedung Graha Widyatama Unsoed, Selasa (29/3/2022).
Keempat profesor yang dikukuhkan yaitu Dattadewi Purwantini sebagai profesor bidang Ilmu Pemuliaan Ternak, Agatha Sih Piranti sebagai profesor bidang Ilmu Limnologi, Warsinah sebagai profesor bidang Ilmu Biokimia, dan Agus Hery Susanto sebagai profesor bidang Ilmu Genetika.
Dalam sambutannya, Rektor Unsoed Suwarto menyampaikan kampus menjadi tempat persemaian ide dan gagasan, menjadi lahan subur untuk tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan inovasi. Kesemuanya dilandasi oleh prinsip-prinsip akuntabilitas saintifik, berdayaguna dan berhasil guna, serta berperspektif kebangsaan yang dijiwai oleh ideologi Pancasila.
“Tidak hanya itu, perguruan tinggi juga dihadapkan dengan tantangan masa depan yang memiliki paradigmanya tersendiri. Masa depan adalah berbicara tentang kualifikasi dan kompetensi yang unggul dan berdaya saing. Oleh karenanya, menjadi sebuah keniscayaan untuk menyesuaikan diri, menakar diri dan berani memampukan diri sebagai jawaban untuk menghadapi masa depan,” ungkap Rektor seperti dilansir dari laman resmi Unsoed, Selasa (29/3/2022).
Suwarto juga menyampaikan bahwa seluruh yang telah dipaparkan oleh keempat profesor baru di Unsoed tersebut, sejatinya meneguhkan kedudukan, peran dan tanggung jawab ilmu pengetahuan sebagai mata air kehidupan.
“Tidak hanya itu, apa-apa yang telah disampaikan tersebut, semakin mempertegas jati diri intelektual yang selalu berupaya mencari jawaban atas permasalahan kehidupan, di mana solusi yang diberikan senantiasa memberi semangat untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan umat manusia,” urainya.
Melalui pengukuhan pada hari tersebut, maka Dattadewi Purwantini menjadi profesor ke-21 di Fakultas Peternakan, Agatha Sih Piranti dan Agus Hery Susanto sebagai profesor ke-17 dan ke-18 di Fakultas Biologi dan Warsinah sebagai profesor ke-3 di Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan. Keseluruhan guru besar atau profesor di Unsoed sampai saat ini berjumlah 83 orang.
Orasi Ilmiah
Orasi ilmiah Dattadewi Purwantini berudul “Itik Lokal dalam Perspektif Pemuliaan Ternak Berbasis Biomolekuler”. Disampaikan bahwa itik lokal di Indonesia memiliki garis keturunan induk (maternal inheritance) yang relatif sama dengan Anas platyrhyncos dan Anas zonorhyncha yang ada di dunia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, FSH gene, GH gene dan prolactin (PRL) gene yang diperoleh mempunyai keterkaitan dengan kinerja produksi, pertumbuhan dan reproduksi sehingga dapat direkomendasikan sebagai dasar seleksi pada ILI khususnya itik Tegal dan Magelang serta persilangannya.
Agatha Sih Piranti menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Pengelolaan Danau dan Waduk Berkelanjutan untuk Mengatasi Permasalahan Eutrofikasi Kultural”. Disampaikan bahwa pengelolaan danau harus dilakukan secara komprehensif, tidak hanya memahami danau secara fisik namun diperlukan kajian Limnologi untuk memahami proses yang terjadi dalam ekosistem.
Ilmu dan teknologi hasil penelitian dan kajian yang komprehensif berperan penting untuk melandasi usaha pengendalian yang dikoordinasikan dengan kelembagaan pengelola dan stakeholder.
“Manusia dan danau saling tergantung dan saling membutuhkan; keberlanjutan keduanya ditentukan oleh terpeliharanya hubungan serasi antara manusia, ekosistem akuatik, dan lanskap yang saling mengisi untuk menuju keseimbangan,” ungkapnya.
Orasi ilmiah yang disampaikan Warsinah berjudul “Tantangan Pengembangan Tanaman Mangrove sebagai Agen Khemoprefensi Kanker”. Disampaikan bahwa banyak informasi tentang aktivitas dan sasaran molekul senyawa bahan alam dalam pengobatan kanker yang didukung oleh studi reseptor yang terlibat dalam proses karsinogenesis memungkinkan penelitian cancer targeted therapy yang menjanjikan.
Penemuan senyawa-senyawa baru pada tanaman berpotensi memberikan kekayaan pustaka kimia yang bermakna untuk pengembangan obat antikanker. Studi komputasi akan menghasilkan prediksi molekul aktif baru sehingga dapat digunakan untuk penemuan dan pengembangan obat baru yang memiliki aktivitas kemopreventif dan antikanker secara efektif dan efisien.
“Oleh karena itu, fokus pengembangan obat perlu segera disempurnakan, dari pengembangan produk herbal dan senyawa sintetik secara konvensional menuju ke riset biomedik modern melalui paradigma translational research,” ungkap Warsinah.
Agus Hery Susanto menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Pentingnya Variasi Genetik bagi Kelangsungan Hidup Spesies Organisme”. Agus Hery Susanto menyampaikan bahwa pada dasarnya variasi ini diperlukan oleh setiap spesies organisme, termasuk virus. Meskipun tidak sepenuhnya tepat jika dikatakan sebagai organisme, untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
“Selain merupakan proses alami, variasi genetik dapat pula diciptakan secara artifisial antara lain melalui hibridisasi,” jelasnya. (*)