logo

Kampus

Wamen Stella Ingatkan Perguruan Tinggi Tentang Keunggulan Seni dan Budaya

Wamen Stella Ingatkan Perguruan Tinggi Tentang Keunggulan Seni dan Budaya
Wamendiktisaintek Stella Christie, didampingi Rektor ISI Yogyakarta Irwandi, seusai menjadi pembicara kunci dalam ‘Seminar Nasional Dies Natalis ISI ke-41 Yogyakarta; Art & Diplomacy’ di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Selasa (8/7/2025). Stella menyebut perguruan tinggi memiliki peran penting dalam menjadikan seni dan budaya Indonesia sebagai alat diplomasi kelas dunia. (EDUWARA/K. Setyono)
Setyono, Kampus08 Juli, 2025 17:38 WIB

Eduwara.com, JOGJA- Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, menyebut perguruan tinggi memiliki peran penting dalam menjadikan seni dan budaya Indonesia sebagai alat diplomasi kelas dunia.

Hal ini disampaikan Stella saat menjadi pembicara kunci dalam ‘Seminar Nasional Dies Natalis ke-41 ISI Yogyakarta; Art & Diplomacy’ di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Selasa (8/7/2025).

Menurutnya Stella, ada tiga hal penting yang harus dijalankan perguruan tinggi untuk menuju Kampus Kelas Dunia.

“Seni dan kebudayaan Indonesia dengan keragamannya, menurut saya, telah unggul dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun sayangnya, saat ini belum menjadi alat diplomasi kelas atas seperti yang sudah dimiliki Jepang, Italia, Perancis, Inggris maupun China,” katanya.

Dalam penelitiannya, Stella mengatakan ada tiga hal yang menjadikan seni dan budaya Indonesia masih terhambat ke arah sana sehingga perlu dilakukan rekognisi yang mencakup tiga hal.

Pertama, melakukan restrukturisasi pada kehadiran teori suatu seni dan budaya sehingga bisa dipelajari, diperluas serta dikenal lebih luas. Stella mengambarkan bagaimana balet dan musik klasik begitu dikenal sebagai produk budaya barat karena sudah berteorikan sehingga bisa dipelajari dengan mudah oleh bangsa lain.

“Tari Serimpi maupun banyak tarian lainnya serta wayang sudah banyak dikenal oleh dunia. Namun sampai sekarang itu belum bisa mengenalkan Indonesia sebagai pusat kebudayaannya karena belum diteorikan,” paparnya.

Sertifikasi 

Kedua, faktor sertifikasi bagi pelaku seni. Sekarang ini, banyak pelaku seni dan budaya yang belum mendapatkan pengakuan atas keahliannya dari suatu institusi resmi. Sertifikasi yang berupa ijazah ini, menurut Stella, penting karena akan menjadi token masuk dalam sistem perekonomian dunia sebagai pengakuan tertulis yang diakui.

Ketiga, kepercayaan diri dengan menjadi sebuah prioritas seni dan budaya bisa dipelajari sehingga selain akan memperluas cakupannya, hal ini juga menjadi alat utama untuk keberlangsungannya.

“Di sinilah peran perguruan tinggi untuk menumbuhkan ketiga hal itu. Saya melihat ISI Yogyakarta dengan semangat Art & Diplomacy-nya akan mampu menjadikan seni dan budaya kita memiliki keunggulan tertentu serta menjadi sebuah alat diplomasi kelas atas,” paparnya.

Stella memaparkan dengan kehadiran seni dan budaya yang lebih dikenal dunia, maka dampaknya adalah kehadiran peningkatan ekonomi yang memberi sumbangsih kepada negara.

Rektor ISI Yogyakarta, Irwandi, memastikan dengan berbagai potensi yang dimiliki, ISI Yogyakarta telah menetapkan milestone menuju Kampus Kelas Dunia.

“Kita targetkan pada 2028 nanti ISI Yogyakarta akan menyandang status sebagai Kampus Kelas Dunia di kawasan ASEAN. Kemudian pada 2038, kita targetkan masuk ke dalam jajaran kampus terbaik tingkat Asia,” ucapnya.

Untuk menuju ke sana, lanjut Irwandi, ISI Yogyakarta akan menjadikan seni dan budaya sebagai faktor utama menguatkan konektivitas dengan kampus-kampus mitra di seluruh dunia dan berharap akan memberi dampak pada masyarakat. 

Read Next