logo

Sekolah Kita

SLBN I Bantul Modifikasi Prokes Saat PTM Terbatas

SLBN I Bantul Modifikasi Prokes Saat PTM Terbatas
Guru di SLBN I Bantul mencuci tangan sebelum masuk ke gedung utama, Selasa (14/12/2021). Demi keselamatan para guru dan siswa, SLBN I Bantul memodifikasi penerapan Prokes dalam pembelajaran tatap muka terbatas. ((EDUWARA/Setyono))
Setyono, Sekolah Kita14 Desember, 2021 20:57 WIB

Eduwara.com, JOGJA -- Demi keselamatan para guru dan siswa, Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) I Bantul memodifikasi penerapan protokol Kesehatan (Prokes) dalam pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, dengan menyediakan dua ring pemeriksaan awal saat siswa memasuki kelas.

Koordinator Rescue Center SLBN I Bantul Krisdi Sutjwanto bercerita berbeda dengan proses skrining pada sekolah dengan siswa reguler, di SLBN 1 Bantul siswa harus menjalani dua kali skrining.

"Kami menyebutnya ring satu dan ring dua. Ring satu bertempat di halaman depan. Jadi saat siswa hadir, pemeriksaan awal dimulai dari suhu tubuh. Jika melebihi yang ditetapkan atau menderita batuk pilek, maka orang tua diminta membawa pulang," katanya, Selasa (14/12/2021).

Penerapan proses ini diberlakukan wajib bagi siswa yang melaksanakan tatap muka dari semua jurusan kecuali tuna daksa. Bagi siswa penyandang tuna daksa, siswa langsung diarahkan ke ruang kelas oleh orang tua.

Sedangkan siswa tuna netra, grahita, rungu dan autis mereka wajib menjalani skrining kedua yang dilaksanakan di depan kelas masing-masing dengan arahan guru kelas.

"Konsep ini kami terapkan karena beberapa anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak bisa merasakan sakit atau mengeluh. Apalagi mereka belum mampu membantu diri dalam mematuhi prokes," jelasnya.

Dalam hal ini dirinya mencontohkan anak autis yang sering kali tidak nyaman ketika memakai pelindung wajah atau masker. Sehingga sering kali mereka merusak pelindung wajah dan masker yang dikenakan.

Tidak hanya itu, beberapa anak juga cenderung mengeluarkan air liur berlebihan sehingga masker seringkali cepat basah. Untuk inilah pihak sekolah menyediakan banyak masker.

"Soal penerapan prokes ini kami sudah diarahkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul dan Dinas. Ini sebagai upaya mencegah penularan di sekolah. Pasalnya kedekatan fisik antara guru dan siswa di sini sangat intens," ucap Krisdi.

Dalam pembelajaran tatap muka terbatas, Krisdi mengungkapkan jumlah siswa yang diajar juga sangat-sangat terbatas. Jika sebelum pandemi, jumlah siswa setiap kelas berkisar pada angka 8-10 siswa.

Maka saat pembelajaran tatap muka, jumlah siswa per kelas hanya 1-2 anak yang diajar selama 2 jam penuh, tergantung jurusan dan jenjang pendidikan. 



 

Read Next