Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Tidak hanya perokok, penikmat rokok tanpa asap atau rokok elektrik (Vape) ditemukan rentan terpapar Covid-19. Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), menemukan keterpaparan asap rokok maupun vape menekan sistem kekebalan (imun) tubuh.
Hal tersebut merupakan hasil penelitian Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UMY Dianita Sugiyo. Kepada Eduwara.com, Jumat (25/2/2022) Dianita memaparkan hasil penelitian yang dilakukan pertengahan tahun lalu.
"Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi efek merokok pada efektivitas penurunan sistem kekebalan tubuh manusia dan berdampak lebih rentan terhadap masuknya infeksi pernafasan," kata Dianita.
Menurut Wakil Direktur Muhammadiyah Steps ini, penggunaan tembakau rokok berkorelasi positif dengan kehadiran enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2). ACE2 adalah reseptor atau main situs pengikatan berbagai infeksi pernapasan. Enzim ini memiliki korelasi yang signifikan dengan fungsi paru-paru.
Hasilnya ditemukan perokok lebih rentan terhadap virus pernafasan. Ini karena reseptor ACE2 dapat 'diatur ulang' dengan merokok maupun pengguna vape.
"Perilaku merokok menekan secara efektif fungsi paru-paru manusia dan menghasilkan provokasi lebih lanjut pada peradangan. Kapasitas sistem imun bawaan untuk mengekang replikasi virus berkurang karena efek merokok," jelasnya.
Bahkan bagi mereka yang sering menggunakan perangkat vape, represi yang dihasilkan lebih besar daripada perokok konvensional. Ini disebabkan meningkatnya aktivitas imun dan gen respons peradangan pada hidung perokok.
Perokok, disebutnya juga mengalami risiko lebih tinggi terkena komplikasi infeksi saluran pernapasan dibandingkan non-perokok. Karena tembakau menghancurkan epitel bersilia dan mengurangi perlindungan paru-paru dengan mengganggu epitel bersilia fungsi, yang menghasilkan lendir dan pembersihan cepat patogen.
Tidak hanya itu, aktivitas merokok meningkatkan gerakan tangan ke wajah berulang-ulang. Kebiasaan yang bisa berpotensi berkontribusi membuka jalan masuk bagi Covid-19.
"Kami juga menemukan penggunaan alat pengasapan pipa air (Shisha) berisiko meningkatkan penyebaran Covid-19. Penggunaan pipa air komunal atau corong dengan sistem bergantian memperbesar peluang tertular," katanya.
Dianita berharap atas dasar temuan ini, pemerintah maupun pemangku kepentingan terkait mengambil kebijakan yang komprehensif tentang pengaturan, pendistribusian, periklanan, kegiatan promosi, sponsorship rokok dan produk terkait tembakau lainnya harus diprioritaskan. Kebijakan itu berdasarkan Konvensi Kerangka WHO tentang tembakau.