Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA - Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Subejo mengusulkan pemerintah dalam mengatasi krisis tahunan komoditas kedelai, mulai fokus pada inovasi produksi. Varietas kedelai hitam (Malika) direkomendasikan sebagai benih unggulan.
Dalam rilis Selasa (22/2/2022), Subejo mengatakan inovasi produksi ini harus ditempuh pemerintah di tengah naiknya harga kedelai di pasar internasional yang berdampak pada perajin tahu tempe.
"Krisis kedelai global dipicu menurunnya produksi kedelai di Amerika Serikat dan Brazil sebagai penghasil utama kedelai dunia akibat La Nina serta meningkatnya impor kedelai oleh China," katanya.
Saat ini China merupakan importir kedelai terbesar di dunia di mana pada 2020 mengimpor 58 persen dari total ekspor kedelai Amerika Serikat. Amerika menjadi pengekspor kedelai terbesar karena kedelai tumbuh optimal dengan empat musimnya.
Sedangkan untuk Indonesia dengan iklim tropisnya, pertumbuhan kedelai kurang optimal. Data BPS pada 2019 menyebutkan kebutuhan kedelai mencapai 3,4 – 3,6 ton per tahun dengan tingkat produksi nasional hanya mendekati sejuta ton setahun.
"Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat permintaan kedelai juga semakin meningkat, akibatnya impor kedelai tidak dapat dihindarkan," ucapnya.
Untuk memenuhi kekurangan, maka diperlukan impor sebanyak 2,4-2,6 juta ton per tahun. Bahkan, pada 2017 total impor kedelai mencapai 2,67 juta ton yang bernilai US$ 1,15 miliar dimana 2,63 juta ton berasal dari Amerika Serikat.
Kedelai Hitam
Sebagai upaya menekan impor kedelai secara signifikan dan menjaga stabilitas harga, Subejo mengatakan diperlukan program strategis melalui penguatan inovasi produksi. Inovasi ini dimulai dengan pemuliaan benih kedelai yang produktif, adaptif terhadap perubahan iklim dan memiliki citra rasa baik sangat urgen dilakukan.
"Salah satu inovasi UGM dan perlu dikembangkan adalah benih kedelai hitam Mallika. Kedelai hitam Mallika prospektif karena memiliki produktivitas tinggi, adaptif terhadap kekurangan air dan sesuai untuk dataran rendah dan sedang," ujarnya.
Inovasi UGM lainnya terkait dengan peningkatan produktivitas kedelai yaitu mikoriza. Melalui mikoriza dapat meningkatkan eksplorasi perakaran sampai ratusan kali volumenya sehingga penyerapan air dan nutrisi menjadi lebih baik yang membuat tanaman kedelai menjadi lebih subur. Ini bisa juga ditempuh oleh pemerintah.
"Selama ini harga kedelai lokal kurang atraktif, di mana kurang menjadi prioritas bagi petani. Maka perlu ditempuh alternatif budidaya kedelai dengan memanfaatkan lahan perhutanan sosial serta pengembangan komoditas substitusi kedelai," paparnya.
Di sisi lain, Subejo berharap program insentif dari pemerintah dihadirkan guna mendorong minat petani mengembangkan komoditas kedelai sehingga kapasitas produksi nasional meningkat.
Program insentif ini sangat diperlukan dan dapat dikembangkan melalui pemberian subsidi harga, subsidi sarana produksi, pengadaan alat mesin dan introduksi tata niaga kedelai yang baik dan efisien serta penyuluhan dan pendampingan petani yang efektif.