Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil menggandeng perguruan tinggi Korea Selatan dalam bidang peningkatan sumber daya manusia (SDM). Sebelumnya, dengan universitas dari Jerman, UNY berkolaborasi dalam pembelajaran tentang keberagaman.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama UNY Siswantoyo pada Kamis (10/11/2022) menyatakan kerjasama yang fokus pada pertukaran mahasiswa, riset di bidang ilmu pengetahuan dan pengembangan rekayasa teknologi dijalin dengan Pukyong National University (PKNU) dan Tongmyong University (TU) Korsel.
"Perjanjian sendiri disepakati pada Senin (7/11/2022) seusai pemberian gelar guru besar pada Ketua DPR RI Puan Maharani. Kita sepakat untuk mengirimkan mahasiswa untuk memperkuat pembelajaran bidang riset dan inovasi," kata Siswantoyo.
Melalui kerjasama ini, dirinya menyatakan dunia pendidikan tidak saja merupakan urusan domestik semata, namun sudah menjadi bagian kerja sama antar negara. Kolaborasi perguruan tinggi antar negara dapat berkontribusi untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi dan kualitas sumber daya manusia suatu negara.
Selain dengan UNY, PKNU juga menandatangani perjanjian kerjasama dengan perguruan tinggi lain yaitu Institut Pertanian Bogor, Universitas Mataram, Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Surabaya, dan Universitas Pattimura.
Sebelumnya, Universitas Münster Jerman menggandeng UNY dalam agenda Teaching Diversity - Diversity in Teaching (TDDT) di Digital Library UNY. TDDT adalah nama proyek didaktik Jerman-Indonesia yang merupakan bagian dari jalur pendanaan 'Dialog Universitas dengan Dunia Islam' sejak tahun lalu.
Dosen Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY Sulis Triyono menerangkan tujuan kegiatan ini untuk memperoleh keterampilan bahasa profesional mengenai dimensi heterogenitas dalam pertukaran binasional dan untuk mempromosikan pemahaman bersama tentang aspek dan masalah heterogenitas dalam proses pengajaran.
"Konsep untuk mengatasi keragaman di kelas dikembangkan dalam kelompok kecil di lima sekolah di Yogyakarta, yang diimplementasikan dengan kelompok- kelompok belajar setelah Intensive Summer Camp dan direfleksikan dengan cara berorientasi pada kriteria yang ada" kata Sulis.
Dalam program yang melibatkan 18 mahasiswa UNY, ditemukan bahwa pengajaran yang peka terhadap keragaman tidak terbatas pada keragaman budaya, bahasa, agama, dan jenis kelamin peserta didik. Tetapi juga mencakup faktor penentu lainnya seperti gaya belajar dan minat belajar.
"Dengan integrasi bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif, ada efek positif lain yang diinginkan dalam kelompok pembelajaran yang beragam dan multicultural," jelasnya.
Koordinator proyek Universitas Münster Jerman Kordula Schulze merasa senang dengan ketertarikan mahasiswa dan dosen bahasa Jerman di Yogyakarta.
"Kami secara konstitutif mendorong pembelajaran para siswa dan memberikan sedikit wawasan tentang tempat pembelajaran ekstrakurikuler serta kegiatan budaya dan juga mempresentasikan workshop yang dibuat dan dipimpin oleh siswa di lima sekolah terpilih di Yogyakarta," jelasnya.