logo

Gagasan

Wabah PMK Merebak, Ini Imbauan PLP Peternakan UNS untuk Panitia Kurban

02 Juli, 2022 22:44 WIB
Wabah PMK Merebak, Ini Imbauan PLP Peternakan UNS untuk Panitia Kurban
PLP Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Prodi Peternakan FP UNS Solo, Sulistyo. (EDUWARA/Humas UNS Solo)

Eduwara.com, SOLO – Ribuan hewan ternak di Indonesia saat ini sedang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Hal tersebut membuat masyarakat khawatir mengingat Iduladha sudah dekat sehingga perlu bersiap untuk mencari hewan kurban.

Beberapa tip berikut dapat dilakukan untuk mencari hewan kurban, seperti mengecek gejala PMK. Gejala-gejala tersebut yakni hewan mengeluarkan air liur yang banyak, terdapat bercak merah di mulut hewan, dan terdapat luka di kuku hewan. Hewan-hewan yang mengalami gejala tersebut sebaiknya dihindari.

Selain lebih selektif dalam membeli hewan kurban, panitia kurban juga perlu mempersiapkan beberapa hal dalam menghadapi kurban di tengah wabah PMK. Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Program Studi (Prodi) Peternakan, Fakultas Pertanian (FP), Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sulistyo menyampaikan beberapa imbauan untuk panitia kurban.

Pertama, panitia kurban hendaknya menyiapkan dandang-dandang besar saat penyembelihan. Hal itu akan memudahkan panitia jika hewan kurban yang disembelih ternyata mengidap PMK.

Berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), hewan ternak yang terkena PMK dalam taraf sedang masih sah untuk dikurbankan. Namun, pembagian hewan kurban yang terkena PMK ringan tersebut memiliki cara khusus.

Sesuai dengan edaran Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), bagian-bagian hewan ternak yang terkena PMK ringan harus direbus hingga matang terlebih dahulu sebelum dibagikan. Bagian-bagian tersebut yakni kepala, kaki, dan jeroan.

“Untuk kurban di tengah pandemi PMK ini sebaiknya panitia menyiapkan dandang-dandang untuk perebusan. Jika ternyata hewan kurban terkena PMK ringan, sesuai fatwa MUI, memang sah tetapi bagian-bagian yang terkena seperti kepala, kaki, jeroan itu harus direbus dulu sehingga aman dari virus PMK,” terang Sulis seperti dilansir Eduwara.com, Sabtu (2/7/2022) dari laman resmi UNS Solo.

Lubang Khusus

Kedua, panitia kurban diimbau untuk mempersiapkan lubang khusus untuk membersihkan jeroan hewan kurban. Lubang tersebut khusus untuk menampung air yang telah digunakan untuk membersihkan jeroan.

Jika jeroan sudah bersih dan air cucian sudah tertampung di lubang tersebut, panitia diminta untuk menambahkan asam sitrat atau deterjen sebelum menutup lubang. Hal tersebut bertujuan agar air cucian tersebut tidak mencemari lingkungan.

“Biasanya kita lihat ada panitia kurban yang membersihkan jeroan ramai-ramai ke sungai. Ini kan kita nggak tahu kalau ternyata ada hewan yang terpapar PMK. Jadi tidak baik membersihkan jeroan di sungai,” jelas dia.

Imbauan selanjutnya, yakni panitia kurban hendaknya membedakan plastik daging, jeroan merah (hati), dan jeroan hijau (babat). Menurut Sulis, yang juga tergabung dalam Juru Sembelih Halal (Juleha), pembedaan kantung plastik sudah seharusnya dilakukan meskipun tidak dalam wabah PMK. Hal itu karena jeroan merah dan jeroan hijau memiliki mikrobia yang sangat banyak. 

Sementara itu, mikrobia yang ada di daging sedikit. Jika jeroan dan daging digabung dalam satu plastik, mikrobia-mikrobia yang ada di jeroan berpindah dengan cepat ke daging. 

Sulistyo juga mengimbau setidaknya ada tiga kantung plastik dalam satu paket daging kurban.

“Walaupun tidak PMK pun disarankan dibedakan kantung plastiknya karena bagian jeroan itu banyak mengandung mikrobia sedangkan daging lebih sedikit mikrobianya. Nanti dikhawatirkan ada pencemaran pada daging karena jika terjadi, perkembangan mikrobia di daging akan cepat,” tegas dia.

Terakhir, Sulisyto mengimbau agar personel panitia yang mengurus jeroan difokuskan untuk mengurus jeroan saja. Personel panitia yang mengurus jeroan tidak boleh berpindah mengurus daging atau bagian hewan lainnya. Hal itu dikhawatirkan akan terjadi penularan PMK.

“Personel panitia kurban sebaiknya dipisah-pisahkan begitu. Jadi personel yang mengurusi bagian jeroan cukup di situ terus. Jadi jangan memegang di daging. Jeroan ya jeroan, tidak perlu pindah ke daging dan sebagainya. Itu sebaiknya dipisah-pisahkan supaya lebih aman dalam menghadapi kurban di tengah pandemi PMK,” pungkas dia. (K. Setia Widodo/*)

Read Next