logo

Kampus

Wisudawan UII Yogyakarta Diminta Jaga Kecakapan dan Rasa Humor

Wisudawan UII Yogyakarta Diminta Jaga Kecakapan dan Rasa Humor
Rektor UII Yogyakarta, Fathul Wahid, melepas 673 mahasiswa Program Sarjana dan Pascasarjana pada Upacara Wisuda Sarjana dan Pascasarjana UII Periode IV Tahun Akademik 2024/2025, di Auditorium Prof KH Abdul Kahar Mudzakir, Sabtu (26/4/2025). Kepada para wisudawan, Fathul meminta mereka tetap menjaga kecakapan dan rasa humor karena rasa humor bakal menjadi ‘tangga’ dan ‘jembatan’ interaksi dalam dunia kerja. (EDUWARA/Dok. UII Yogyakarta)
Setyono, Kampus26 April, 2025 22:56 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Di hadapan 673 mahasiswa yang diwisuda pada Sabtu (26/4/2025), Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Fathul Wahid meminta mereka tetap menjaga kecakapan dan rasa humor. Disebutnya, rasa humor bakal menjadi ‘tangga’ dan ‘jembatan’ interaksi dalam dunia kerja.

Berlangsung di Auditorium Prof KH Abdul Kahar Mudzakir, Upacara Wisuda Sarjana dan Pascasarjana UII Periode IV Tahun Akademik 2024/2025 diikuti 1 ahli madya, 9 sarjana terapan, 545 sarjana, 111 magister, dan 7 doktor.

“Sampai hari ini, UII Yogyakarta telah menghasilkan 131.426 lulusan yang sudah menebar manfaat dengan beragam peran, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Ini adalah bagian dari sumbangsih UII untuk kemajuan bangsa dan kemanusiaan,” ucap Fathul di awal sambutannya.

Dipaparkan Fathul, menghadapi masa depan, bisa jadi kecakapan yang dimiliki wisudawan saat ini tidak relevan lagi. Ketika itu terjadi, mereka dituntut berani melupakan apa yang sudah dipelajari (unlearn) karena sudah tidak relevan dan menggantinya dengan kecakapan baru (relearn) yang dibutuhkan.

Karena itu, para wisudawan diminta tetap selalu mengasah dan menambah kecakapan dari apa yang mereka kuasai sampai hari ini. Hal ini, menurut Fathul, akan menjadi modal awal untuk berkontribusi dengan beragam peran.

“Tapi ingat, lingkungan berubah, tuntutan bertambah,” tuturnya.

Humor

Fathul juga meminta wisudawan UII Yogyakarta untuk tidak melupakan humor, sebuah kemampuan mental untuk menemukan, mengungkapkan, atau menghargai hal-hal yang menggelikan atau tidak masuk akal. Beragam riset ilmiah terkait topik humor mendapatkan perhatian para ahli dan telah dikembangkan hingga menghasilkan lebih dari 3,9 juta artikel ilmiah atau buku.

Fathul menjelaskan dalam dunia dunia kerja, riset menemukan humor meningkatkan kesejahteraan, kreativitas, kepuasan kerja, dan kinerja. Pada sisi individu, humor dapat melawan emosi negatif dan membantu dalam menoleransi kepedihan, selain juga membantu menangkal stres. 

“Dalam kerja tim, humor akan meningkatkan komunikasi kelompok, efektivitas dan kohesi yang mengurangi konflik,” paparnya.

Humor, menurut Fathul, dapat dianggap sebagai ‘tangga’, alat bantu meningkatkan ‘kuasa’. Humor dapat meningkatkan status individu karena dipersepsikan mempunyai kompetensi dan rasa percaya diri.

“Ketika menghadapi masalah, individu dengan skor humor tinggi cenderung melihatnya sebagai tantangan, sedangkan yang skor humornya rendah, menganggapnya sebagai ancaman,” ujarnya.

Tak hanya itu, kata Fathul, riset juga menunjukkan ternyata humor juga meningkatkan memori atau daya ingat. Humor juga dapat memainkan peran sebagai ‘jembatan’ untuk menjalin kedekatan. Humor memudahkan orang membuat koneksi dan meningkatkan hubungan dan membantu orang asing atau kolega merasa lebih dekat.

“Setidaknya, bagi individu yang kehilangan pasangan dan mengenang cerita lucu merasa membaik secara lebih cepat serta menunjukkan berkurangnya stres, peningkatan kegembiraan tentang hidup, dan hubungan yang lebih baik,” tutupnya.

Read Next