Kampus
28 Juli, 2023 18:57 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Kelompok anak muda dinilai rentan mengalami gangguan kesehatan mental yang berhubungan dengan tingkat pendidikan dan wilayah tempat tinggal. Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menyiapkan fasilitas dan layanan kesehatan mental bagi akademisinya.
Kondisi anak muda yang rentan ini disampaikan Sosiolog UGM, Wahyu Kustiningsih. Menurutnya, ada beban dan disabilitas yang cukup besar terkait dengan kondisi kesehatan mental, terutama di antara mereka yang masalahnya dimulai sejak masa muda.
"Kondisi kesehatan mental berdampak signifikan terhadap perkembangan anak muda dan integrasi sosial serta ekonomi. Beragam faktor menjadi pemicu persoalan kesehatan mental di masyarakat termasuk anak muda, mulai dari pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, persoalan sosial, ekonomi hingga budaya," kata Wahyu Kustiningsih, Jumat (28/7/2023).
Bahkan, lanjut Wahyu, sebuah studi menyebutkan masalah kesehatan mental pada remaja berhubungan dengan tingkat pendidikan dan wilayah tempat tinggal. Karena itu, harus ada upaya untuk memperluas dan memperbanyak fasilitas dan layanan kesehatan mental.
Kampus-kampus di Indonesia sudah mulai menginisiasi pusat krisis untuk mengurai persoalan kesehatan mental mahasiswa dan juga warga kampus lainnya.
"Hanya saja masih banyak juga yang belum bisa membangun pusat krisis untuk kesehatan mental ini. Sementara di sisi lain, hingga saat ini belum ada data pasti terkait masalah kesehatan jiwa dan kebutuhan anak muda di masa transisi. Padahal, data itu diperlukan untuk memetakan dan mengurai persoalan yang ada," jelasnya.
ChatBot Lintang
Melihat kondisi ini, UGM telah menghadirkan platform kesehatan mental yakni ‘ChatBot Lintang’. Platform ini memfasilitasi seluruh sivitas akademika untuk mengomunikasikan pesan terkait kesehatan mental dan kekerasan.
"Ini wujud komitmen kuat UGM menjadi perguruan tinggi yang nyaman, aman, inklusif, serta bertanggung jawab sosial," kata Rektor UGM, Ova Emilia, saat peluncuran ChatBot Lintang’, Rabu (26/7/2023).
Kehadiran platform ini diharapkan bisa memberikan ruang komunikasi yang aman, di mana ruang komunikasi ini dijamin kerahasiaanya serta dapat memberikan perlindungan bagi kesehatan mental dan tindak kekerasan lainnya.
Tak hanya itu, diharapkan juga hal ini bisa membentuk komunitas yang peduli, responsif, dan mengasah empati terhadap permasalahan yang muncul di lingkungan akademis, terutama yang berdampak bagi kesehatan mental.
Ketua tim pengembang ChatBox Lintang, Fatwa Sari Tetra Dewi, menjelaskan ChatBot Lintang menjadi saluran untuk memfasilitasi komunikasi antar individu. LintangBot ini dikembangkan dengan kecerdasan buatan sehingga mampu merespon kata-kata kunci terkait gejala stres maupun kecemasan.
LintangBot dilengkapi dengan sejumlah fitur pendukung. Salah satunya adalah fitur swap periksa untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan mental individu. Lalu, fitur direktori layanan kesehatan mental untuk pengarahan pengguna agar terhubung dengan profesional. Berikutnya, fitur psikoedukasi dan juga dilengkapi tips praktis untuk pengguna.
"ChatBot Lintang berawal dari keprihatinan terhadap persoalan yang banyak dialami oleh mahasiswa terutama soal kesehatan mental dan kekerasan," jelasnya.
Beragam persoalan yang dialami seperti stres, kecemasan, depresi, dan kasus kekerasan lainnya seringkali mempengaruhi kesejahteraan mental dan akademik mahasiswa. Namun, sering kali menghadapi kesulitan menemukan media percakapan yang aman dan nyaman untuk berbagi pengalaman, mencari dukungan, dan menemukan solusi yang sesuai.
Bagikan