Aplikasi Deteksi Serangan Jantung Diluncurkan UGM

16 Juni, 2023 05:52 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

15062023-UGM Apl deteksi jantung.png
Tampilan aplikasi SatuJantung 2.0, di layar telepon genggam Aplikasi ini sudah bisa diunduh oleh masyarakat umum lewat Playstore. (EDUWARA/Dok. UGM)

Eduwara.com, JOGJA – Berawal dari musibah serangan jantung yang menimpa anaknya, dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) Yogyakarta, Beta Ahlam Gizela membuat aplikasi yang membantu penanganan kasus henti jantung.

Aplikasi ini diberi nama SatuJantung 2.0 dan sudah bisa diunduh oleh masyarakat umum lewat Playstore.

"Ide awal pembuatan aplikasi SatuJantung bermula saat saya dan suami, Nurholis Majid mendapati putra kami mengalami serangan jantung mendadak," terang Beta Ahlam Gizela saat jumpa pers di UGM, Kamis (15/6/2023).

Saat itu, dokter yang menangani mengatakan putra Beta kemungkinan besar tidak terselamatkan karena terkena serangan jantung mendadak. Beruntung kedua orang tuanya dokter.

Dari pengalaman itu, keduanya tergerak menciptakan alat yang diharapkan bisa memberikan pertolongan bagi banyak orang saat mengalami serangan jantung, terutama dalam kondisi tidak ada petugas kesehatan.

"Kami ingin membantu masyarakat umum terutama yang memiliki riwayat maupun risiko serangan jantung maupun henti jantung dengan mengunduh aplikasi ini," jelasnya.

Dijelaskan Beta, usai mengunduh aplikasi, pengguna mendaftar dengan memasukkan data-data pribadi seperti nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telepon, nomor telepon keluarga yang dapat dihubungi, tensi, berat dan tinggi badan, riwayat merokok, riwayat diabetes, serta aktivitas fisik.

Apabila data-data tersebut telah dimasukkan, selanjutnya akan muncul hasil identifikasi risiko penyakit jantung dari pengguna. Jika hasil perhitungan menunjukkan risiko tinggi sebaiknya menggunakan aplikasi ini.

Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) Yogyakarta, Beta Ahlam Gizela menjelaskan tentang penanganan serangan jantung dalam jumpa pers di UGM, Kamis (15/3/2023). (EDUWARA/Dok. UGM)

Alarm bagi Pasien

Beta menambahkan aplikasi SatuJantung dirancang dengan fitur utama berupa alarm bagi pasien serangan jantung dan henti jantung. Aplikasi ini bisa dijalankan cukup dengan satu klik pada tombol melayang.

"Jadi terjadi serangan, waktunya tidak lama dan tombol melayang ini bisa menyelamatkan penggunanya," terangnya.

Ketika tombol melayang di klik nantinya akan muncul sejumlah informasi yang membantu petugas kesehatan dalam mengidentifikasi pasien. Beberapa informasi seperti tingginya risiko penyakit jantung, kontak keluarga yang bisa dihubungi, serta tombol emergency.

Pengguna aplikasi ini ketika terjadi serangan jantung atau henti jantung bisa langsung mengklik tombol ‘tolong’. Lalu, ikuti petunjuk pertolongan pertama yang bisa dilakukan, sesuai dengan kondisi pasien. Misal, pasien dalam keadaan sadar atau tidak sadar selanjutnya mencari bantuan orang lain untuk menelpon 119 (layanan ambulans).

Ia menambahkan, dalam aplikasi ini dilengkapi cara melakukan pijat jantung sebagai panduan untuk penolong yang belum pernah mengikuti pelatihan. Dari hasil literature review yang dilakukan sang suami, disebutkan dari sekitar 10 dari 100 pasien henti jantung yang mendapat pertolongan pertama berupa pijat jantung bisa diselamatkan.

"Pasien henti jantung yang mendapat pertolongan pertama berupa pijat jantung memiliki kesempatan untuk tertolong tiga kali lebih besar daripada yang tidak mendapat pertolongan," paparnya.

Aplikasi SatuJantung 2.0 ini diharapkan dapat membantu penanganan lebih banyak pasien henti jantung. Seperti diketahui, penyakit jantung masuk dalam salah satu daftar penyakit pembunuh nomor satu di negara maju maupun negara berkembang.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 menunjukkan tren peningkatan penyakit jantung, yakni 0,5 persen menjadi 1,5 persen. Bahkan, penyakit jantung ini menjadi beban biaya terbesar di data BPJS Kesehatan pada 2021, pembiayaan kesehatan terbesar ada pada penyakit jantung sebesar Rp.7,7 triliun.