Baru 39 Sekolah di Kabupaten Bantul Berstatus Siaga Bencana

29 April, 2022 21:42 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

29042022-MAN3 Btl SPAB.jpg
Siswa MAN 3 Bantul mensimulasikan penanganan bencana sebagai upaya mewujudkan SPAB. Dari 631 sekolah di Bantul, hanya 39 sekolah saja yang sudah berstatus SPAB. (EDUWARA/Humas MAN 3 Bantul)

Eduwara.com, JOGJA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut baru ada 39 sekolah yang berstatus Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Sebagai daerah rawan terjadi, penanggulangan bencana pada ada didik adalah investasi.

Jumlah sekolah yang berstatus SPAB ini dipaparkan Staf Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Penanganan Pasca Bencana BPBD Bantul Jirokhim Soleh, Jumat (29/4/2022).

"Sampai tahun ini ada 39 sekolah yang sudah dinyatakan berstatus SPAB. Ada yang didanai dari APBD tingkat I (Provinsi) yaitu jenjang SMA/SMK, sampai APBD II jenjang SD-SMP," katanya.

Sebagai catatan, secara keseluruhan total jumlah sekolah di Kabupaten Bantul mulai dari SD sederajat-SMP sederajat, SMA sederajat sampai SMK, baik negeri maupun swasta sebanyak 631 unit sekolah. Untuk bisa berstatus SPAB, sekolah bisa melaksanakan secara mandiri dan menggunakan anggaran sekolah.

Sholeh mengatakan sebagai kawasan yang rawan sembilan bencana, ada 12 kategori bencana secara nasional. Bantul menjadi kawasan yang paling rawan terjadinya gempa, tsunami, tanah longsor, kekeringan, kebakaran, abrasi, erosi sungai dan wabah penyakit.

Dengan berstatus SPAB, sekolah secara bertahap terus melatih anak didiknya untuk berbagai upaya penyelamatan diri saat terjadi bencana. Pengurangan risiko bencana ini bisa dilakukan melalui tiga tahap yaitu pembangunan infrastruktur, manajemen dan kebudayaan.

"Di tahap pertama, saat pembangunan gedung sekolah tidak hanya berorientasi pada kemegahan bangunan namun juga harus ada arus pengutamaan fungsi ruangan untuk mengurangi dampak bencana," jelasnya.

Kemudian pada tahap kedua, seluruh warga sekolah baik guru, karyawan, orang tua maupun siswa diajak untuk memetakan potensi bencana apa saja yang mengancam sekolahnya dan bagaimana antisipasinya.

Di tahap kebudayaan, pelatihan dan workshop mengenai upaya penanggulangan bencana terus diajarkan ke siswa agar menjadi kebudayaan serta kebiasaan sehingga tahu apa yang dilakukan saat terjadi bencana untuk menyelamatkan diri.

"Apalagi dihubungkan dengan konsep sekolah 'Ramah Anak'. Dengan berstatus SPAB, sekolah mampu menyediakan ruangan ruang yang aman bagi anak. Pemahaman akan bencana menjadi investasi di masa depan," kata Sholeh.

Kurikulum Wajib

Kepala BPBA Agus Yuli Herwanta menyatakan pemahaman mengenai penanggulangan dan mitigasi risiko bencana bagi anak didik Bantul sangat penting. Sebab semua sekolah berada di kawasan yang rawan bencana.

"Semua sekolah Bantul punya potensi gempa bumi sehingga kemampuan mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana penting. Ini masih kurang," jelasnya.

Ke depan Agus berharap, pemahaman mengenai penanggulangan dan mitigasi bencana bisa menjadi kurikulum wajib bagi sekolah seperti yang sudah dilakukan Jepang.

Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul Retno Yuli Astuti menyatakan sepengetahuannya hanya ada tiga sekolah yang sudah tanggap bencana yaitu satu di Kecamatan Pandak dan dua di Kecamatan Imogiri.

"Sekolah bisa menyiapkan diri untuk bisa menghadapi kemungkinan adanya bencana. Siswa dapat diedukasi untuk melakukan tindakan preventif, kerjasama yang baik dengan BPBD Bantul akan menumbuhkan sikap percaya diri," tulisnya lewat pesan pendek.