Kampus
29 Desember, 2021 07:08 WIB
Penulis:Bunga NurSY
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, SURABAYA—Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengembangkan inovasi tenaga listrik dari limbah jerami padi dan lumpur Sidoarjo.
Ketua Tim periset Qurratul Ain Farahiyah mengatakan limbah jerami sendiri sebenarnya mengandung selulosa cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan kembali, tapi sejauh ini pemanfaatannya belum maksimal.
“Kandungan selulosa ini dapat diproses menjadi energi listrik ramah lingkungan menggantikan energi listrik berbahan bakar fosil,” ujarnya seperti dikutip dari situs resmi ITS, Selasa (28/12/2021).
Dalam penelitiannya, dia menjelaskan bahwa limbah jerami digunakan sebagai sumber karbon pada proses Microbial Fuel Cell (MFC). Metode yang digunakan untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui metabolisme mikroba terhadap suatu media sebagai katalis. “Metode ini mentransfer elektron dari anoda melalui copper wire, kemudian menghasilkan arus listrik menuju katoda,” jelasnya.
Lebih dalam, Qurratul memaparkan proses pengolahan jerami padi dan lumpur Sidoarjo hingga menjadi energi listrik. Didahului dengan pengekstrakan limbah jerami lalu diencerkan dan dipisahkan antara cairan dan padatannya.
Cairan yang mengandung selulosa ini kemudian diambil untuk dihidrolisis oleh sejenis fungi bernama Aspergillus Niger untuk menghasilkan glukosa. “Sebanyak satu kilogram limbah jerami dapat menghasilkan 11.362 gram per liter glukosa,” tuturnya.
Glukosa kemudian dicampurkan dengan lumpur Sidoarjo untuk kemudian diumpankan sebagai makanan bakteri Shewanella Oneidensis MR-1 di dalam elektroda untuk menghasilkan elektron. Selanjutnya elektron ditransmisikan dari anoda ke katoda yang keduanya berbahan carbon cloth twill melalui bahan konduktor resistor. “Lumpur Sidoarjo yang kerap dianggap sebagai masalah ini mengandung mikroorganisme yang berperan penting dalam proses transfer elektron dalam MFC,” ungkapnya.
Dia menambahkan, semakin banyak glukosa yang digunakan maka arus listrik yang ditimbulkan akan semakin besar. Hal ini terjadi karena metabolisme bakteri dalam larutan dengan lebih banyak glukosa akan lebih cepat dan pertumbuhan bakteri yang cepat membuat jumlah arus yang lebih besar. “Daya sebesar 8.515,351 miliwatt dapat dihasilkan dari pemrosesan 11.362 gram glukosa,” lanjutnya.
Diabersama keempat rekannya yaitu Akbar Krisna Wandana (Departemen Teknik Instrumentasi), Cherish Global Etnic (Departemen Teknik Kimia), Dwi Mayasari (Departemen Teknik Kimia), dan Ramadhita Putra Purnomo (Departemen Teknik Kimia), berharap inovasi ini dapat diteliti lebih lanjut dengan variabel percobaan yang lebih bervariasi.
“Harapannya produk ini dapat diimplemantasikan sebagai produk nyata mengatasi permasalahan limbah dan elektrifikasi ramah lingkungan di Indonesia,” pungkasnya berharap
Bagikan