EduBocil
14 April, 2022 14:18 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, JOGJA – Meski terkesan bermain-main dengan balok atau lingkaran berbeda warna, sistem pengajaran di tingkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakam pondasi penting bagi pendidikan karakter anak. Para guru di PAUD diminta mengenalkan dunia pendidikan yang menyenangkan dan menantang anak didik.
Hal ini disampaikan Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Zulfikri Anas saat memberikan sambutan dalam webinar Sosialiasasi Implementasi Kurikulum Merdeka, Kamis (14/4/2022). Webinar ini diselenggarakan oleh Balai Pengembangan PAUD dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Banyak pengajar di PAUD yang tidak sadar bahwa pendidikan di usia dini inilah yang sebenarnya menjadi pondasi utama bagi pengembangan karakter anak dan terberat. Sedikit melakukan kesalahan maka akan berdampak panjang," kata Anas.
Dirinya menegaskan, para pengajar di PAUD ini tidak cukup hanya mendirikan pondasi saja, mereka juga dituntut untuk mampu memperhitungkan kekuatan dan daya tahan pondasi itu menanggung bangunan di atasnya.
"Kalau di tingkat sekolah hingga kuliah pengajar maupun dosen hanya tinggal mengecatnya saja. Pondasinya, dimana munculnya minat dan bakat pada anak dibangun sejak PAUD," lanjutnya.
Anas menceritakan bagaimana permainan susun balok itu memberikan banyak pembelajaran kepada anak. Lewat penyusunan balok yang beragam bentuk dan warna anak didik diajarkan berlogika, bernalar, berliterasi dan bernumerasi. Mereka juga diajarkan untuk melakukan pengelompokan sesuai kategori bentuk dan warna. Ini mengajarkan anak didik memetakan dan mengelompokkan masalah.
"Dampaknya muncul saat dewasa. Sering kali saat menghadapi masalah orang dewasa frustasi karena tidak tahu mana persoalan yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Mungkin selama ini kita anggap main-main, namun itu pelajaran dasar mengelompokkan masalah," lanjut Anas.
Karena itulah, lewat Kurikulum Merdeka, Anas mengatakan pengajar di satuan PAUD memiliki kebebasan untuk menentukan konsep pendidikan yang disesuaikan dengan kodrat, potensi, minat dan bakat dari setiap anak.
Baginya akan sangat berbahaya bila konsep pengajaran yang diberikan disesuaikan dengan keinginan guru atau orang tua. Pasalnya, pada satu titik tertentu mereka akan mengalami kejenuhan sehingga mempersempit ruang untuk pengembangan potensi dan jati diri.
"Kita harus menghargai kodrat setiap anak sebagai kemerdekaannya. Penting sekali untuk mengenali sejak dini potensi anak, kemudian kita memberikan apa yang mereka butuhkan untuk menumbuhkan semangat mengalahkan ketakutan dan menantang mereka," jelasnya.
Koordinator Pengembangan dan Evaluasi Kurikulum Kemendikbud Ristek Yogi Anggraena bagi sekolah yang ingin menerapkan Kurikulum Merdeka tahun ajaran depan, pihaknya masih membuka pendaftaran sampai akhir April ini.
Yogi menyatakan sampai saat ini jumlah sekolah yang mendaftar dan akan menerapkan Kurikulum Merdeka adalah PAUD 7.986 unit, SD (24.941), SMP (8.667), SMA (3.816), SLB (5.38) dan SMK (5.315).
Yogi mengatakan dalam Kurikulum Merdeka mengedepankan bermain sebagai proses belajar utama. disana juga menjadi upaya meningkatkan kemampuan literasi dini anak didik melalui pengutaraan gagasan dan kesadaran akan bentuk, warna, rasa dan teks.
"PAUD adalah fase pondasi untuk meningkatkan kesiapan bersekolah. Dengan pembelajaran berbasis proyek, ini sebagai upaya penguatan profil Pelajar Pancasila yang disampaikan lewat perayaan hari besar dan perayaan tradisi lokal," tutupnya.
Bagikan