Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA – Capaian pembelajaran (CP) elemen dasar-dasar literasi dan STEAM berfokus pada pengembangan kemampuan literasi anak dan kemampuan dasar dari STEAM. Hal itu bertujuan membangun kesenangan belajar dan kesiapan mengikuti pendidikan dasar.
Hal itu disampaikan Instruktur e-Guru.id, Diana Earlyana L, dalam Seminar Nasional Mengkaji Kurikulum Merdeka dan Literasi STEAM untuk PAUD, Jumat (8/4/2022). Seminar itu diselenggarakan melalui siaran langsung YouTube e-Guru TV.
“Jadi memang ditujukan agar anak belajar sambil belajar menggunakan pendekatan STEAM. Di Kurikulum Merdeka, Literasi STEAM bisa dibilang asyik dan unik. Selain itu konseptual dan kontekstual,” ujar dia.
Diana menjelaskan literasi merujuk kepada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Juga, merujuk dalam memecahkan masalah sehari-hari serta memahami hingga menggunakan potensi diri.
Pada anak usia dini, literasi erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa. Hal tersebut meliputi kemampuan berbahasa reseptif, ekspresif, dan keaksaraan awal. Berbahasa reseptif terkait dengan kegiatan menyimak dan mendengarkan. Ekspresif yaitu mengungkapkan, bercerita, dan berkomunikasi. Sedangkan keaksaraan awal artinya mengenal angka dan huruf.
Sedangkan STEAM merupakan akronim dari Science Technology Engineering Art and Mathematics.
“Dalam bahasa Indonesia yaitu Sains Teknologi Rekayasa Seni dan Matematika. STEAM ini mengintegrasikan kelima disiplin ilmu tersebut untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dunia,” kata dia.
Sains, sambung Diana, merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui hasil pengamatan dan eksperimen mengenai alam secara ilmiah. Teknologi merupakan produk yang selalu diciptakan dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan lingkungan. Teknologi tidak harus menggunakan listrik dan digital.
Kemudian engineering atau rekayasa merupakan proses rekayasa seperti menemukan masalah, merancang, serta mengembangkan dengan pengetahuan sains dan matematika untuk menghasilkan teknologi. Seni berperan mengekspresikan imajinasi dan kreatifitas yang dimiliki. Sedangkan matematika merupakan konsep operasi bilangan, geometri, pola yang membantu proses mengamati dan berkesperimen.
“Matematika di PAUD benar-benar mengenalkan konsep, sehingga anak-anak sejak dini sudah paham misalnya konsep satu tambah satu. Jangan dijadikan hafalan, dulu memang kita masih menghafal. Pada saat anak menemui soal yang lebih rumit, maka tidak sanggup menyelesaikannya. Berbeda jika memahami konsepnya,” jelas dia.
Empat Alur Pengembangan
Adapun alur pengembangan rencana kegiatan bermuatan literasi dan STEAM yang pertama adalah menentukan cerita. Cerita yang dihadirkan pada awal kegiatan pembelajaran dapat dijadikan inspirasi dalam pengembangan rencana kegiatan bermain anak.
“Cerita dapat bersumber dari pengalaman anak, gambar, buku, video, dan musik. Boleh saja mengambil dari YouTube misalnya. Kemudian dari buku elektronik, film-film animasi. Yang terpenting sesuai dengan kemampuan sekolah. Pemilihan cerita juga memperhatikan ketertarikan dan minat anak terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungannya,” jelas dia.
Kedua, menentukan konsep dalam cerita. Kegiatan bercerita memunculkan konsep-konsep yang dapat menjadi inspirasi untuk mengembangkan rencana kegiatan. Konsep-konsep tersebut dapat diamati dari cerita yang disampaikan atau media yang digunakan.
Ketiga, membuat peta konsep yang ditemukan dalam cerita. Peta konsep dibuat dari cerita yang disampaikan. Pembuatan peta konsep bisa dilakukan dengan mendaftar konsep yang ditemukan guru saat mencermati cerita. Kemudian kelompokkan konsep berdasar subyek atau tokoh cerita, jadikan judul ceria sebagai topik. Selanjutnya hal-hal yang terkait langsung dengan topik bisa dijadikan subtopik.
Keempat, membuat kerangka rencana kegiatan. Guru dapat memilih salah satu subtopik sebagai acuan dalam menentukan kegiatan-kegiatan yang mungkin dilakukan bersama anak.
“Pada saat merancang kegiatan, guru dapat memperkirakan konsep-konsep terkait literasi dan STEAM yang akan dimunculkan. Konsep tersebut bisa ditulis dalam rencana kegiatan untuk memudahkan guru, namun bukanlah sebuah keharusan. Selain itu, guru juga bisa memunculkan konsep CP Elemen Dasar-dasar Literasi dan STEAM, nilai agama dan budi pekerti, serta elemen jati diri,” tutur dia. (K. Setia Widodo)