Gagasan
28 September, 2024 01:24 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JAKARTA – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM) meluncurkan “The 2nd Human Capital Summit 2025’’, di Gedung Widjajono Partowidagdo BPSDM ESDM, Kamis (26/9/2024).
Peluncuran The 2nd Human Capital Summit 2025 ini bertujuan untuk menyosialisasikan, kerja sama dan mempersiapkan arah kebijakan yang akan menjadi panduan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sektor energi sehingga memberikan arah yang jelas dan strategis dalam mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Selain itu, peluncuran kegiatan ini sangat diperlukan sebagai langkah kolaborasi antar Kementerian/Lembaga, industri hulu hingga hilir pertambangan migas dan minerba dan pendidikan formal hingga sertifikasi tenaga kerja yang kompeten untuk industri hijau.
Mengusung tema “Accelerate the Transformation of Green Collar Workforces towards Energy Transition in Indonesia”, peluncuran The 2nd Human Capital Summit 2025 menghadirkan narasumber Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM,Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, dan Kepala Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan.
Kemudian, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kementerian Perindustrian, Wakil Direktur Utama MIND ID, Team Leader for Green Jobs Policies & Partnerships, Green Jobs for Social Inclusion & Sustainable Transformation (GESIT Project), dan para pimpinan maupun perwakilan stakeholder dari berbagai pelaku insutri sektor energi dan sumber daya mineral.
Tenaga Kerja Hijau
Dalam sambutannya, Kepala BPSDM ESDM Prahoro Nurtjahyo menekankan pentingnya mempersiapkan SDM yang kompeten secara bertahap menuju transisi energi hijau pada 2060.
"Transformasi tenaga kerja hijau atau green collar workforce dalam mendukung transisi energi yang berkelanjutan sangat bergantung pada hal yang fundamental, yaitu sumber daya manusia. Dalam mempersiapkan SDM yang siap menghadapi transisi energi menuju energi hijau, prioritas utama adalah pendidikan," ucapnya.
Menurut Prahoro, pendidikan saat ini tidak hanya berbasis pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan sikap, yang semuanya terintegrasi dalam kualifikasi dan kompetensi. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dan pelatihan perlu dipersiapkan dan diakreditasi untuk mendukung transisi energi ini, termasuk kebijakan yang mendukung green-collar workforce pada masa depan serta peningkatan kapasitas tenaga kerja menuju industri hijau juga harus dipersiapkan.
"Dalam mengembangkan SDM yang berkualitas dan kompeten untuk mencapai transisi energi, BPSDM ESDM telah menyelenggarakan The 1st Human Capital Summit pada 21 Maret 2023 di Jakarta dengan tema 'Human Capital Development towards Net Zero Emission 2060'," katanya.
Senada dengan Prahoro, Sekjen Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menekankan bahwa untuk memastikan keberhasilan transisi energi sesuai target, diperlukan kerjasama dari semua pihak, termasuk media, akademisi, dan masyarakat.
"Peran serta, kerja sama, dan dukungan dari semua sektor, baik pemerintah, BUMN/swasta, akademisi, media, maupun masyarakat/NGO, sangat dibutuhkan agar transisi energi dapat terlaksana secara adil dan berkelanjutan, serta mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca," jelasnya.
Dadan mengatakan Kementerian KESDM telah menyusun roadmap NZE untuk mencapai karbon netral tahun 2060 yang terdiri dari sejumlah proyek dan teknologi, antara lain Carbon Capture Storage yang ditargetkan sebesar 577,62 Giga ton, yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi penyimpanan karbon (carbon capture) terbesar di dunia.
Indonesia juga memiliki 15 proyek penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization and storage (CCUS) yang akan mulai beroperasi tahun 2030.
Pada 2025 mendatang, target penurunan emisi sebesar 231,2 juta ton CO2e yang akan dicapai dari kompor listrik, kendaraan listrik, dan motor listrik serta jaringan gas bagi 5,2 juta rumah tangga. Dimethyl ether sebagai pengganti LPG bagi rumah tangga dan mandatory biodiesel juga akan dijaga sebesar 40 persen.
Kementerian ESDM juga berupaya mengimplementasikan rencana transisi energi Indonesia dengan menyelenggarakan program strategis seperti pemanfaatan nuklir sebagai pembangkit listrik yang akan dimulai pada 2039 atau lebih cepat.
Sedangkan pembangunan berbagai energi baru dan terbarukan, khususnya solar panel akan semakin masif, diikuti turbin angin baik pada onshore maupun offshore mulai tahun 2037.
Bagikan