Sekolah Kita
11 Februari, 2022 19:47 WIB
Penulis:Ida Gautama
Editor:M. Diky Praditia
Eduwara.com, SOLO – Berkat rasa ingin tahu yang tinggi akan manfaat tanaman bambu bagi kesehatan, Immaroh Syafa’ul Muzdalifah, siswa SMP Muhammadiyah 7 Solo, berhasil meraih Juara I Lomba Karya Ilmiah Tingkat Nasional bertema Pleasure Pelita Education Science Unique dan Creative.
“Saya membuat salep obat gatal dan luka dari ekstrak daun bambu,” kata Immaroh saat dihubungi Eduwara.com, Jumat (11/2/2022).
Siswa kelas VII itu menceritakan, awalnya ia banyak melihat daun-daun bambu di sekitar rumahnya. Dari situ dirinya berinisatif mencari tahu kandungan yang ada dalam daun bambu.
“Ternyata daun bambu itu memiliki kandungan flavonoid yang sangat baik bagi kesehatan,” ucap Immaroh.
Kandungan flavonoid, ungkap Immaroh, terbukti anti bakteri dan anti mikroba, serta bisa digunakan untuk menyembuhkan luka. Kemudian dia mencampurkan dengan zat-zat lain seperti Asam Salisilat.
“Setelah mengumpulkan bahan-bahan, barulah saya melakukan formulasi untuk membuat obat salep,” tutur dia.
Lomba yang diselenggarakan oleh Yayasan Kristen Pelita Nusantara itu digelar secara daring. Panitia lomba tidak menyebutkan total peserta yang mengikuti lomba.
“Dalam lomba itu ada babak penyisihan terlebih dahulu. Lalu dipilih 10 besar terbaik. Finalnya hanya diambil empat peserta,” beber siswa yang berumah di Karanganyar itu.
Pemantapan Presentasi
Ia mengaku persiapan dalam mengikuti lomba benar-benar singkat. Dari babak penyisihan sampai membuat karya hanya satu pekan. Waktu satu minggu, oleh panitia, untuk memilih karya peserta yang masuk dalam 10 besar.
“Ke-10 peserta itu disuruh membuat presentasi, membuat ppt baru, dan membuat karya ilmiahnya, termasuk saya,” beber Immaroh.
Dalam waktu yang relatif singkat, Immaroh harus mencari orang yang memiliki luka untuk menguji efektifitas obat salep yang dibuatnya. Untuk menguji apakah dapat menyebabkan iritasi, Immaroh menggunakan tangannya sendiri untuk uji coba.
Dia melanjutkan, sekolah memberi bimbingan selama satu pekan untuk mempersiapkan lomba tersebut, setelah ia selesai membuat bahan presentasi, salep, dan uji coba.
“Jadi bimbingan dari sekolah untuk pemantapan presentasi dan tanya jawab,” katanya.
Immaroh mengaku belum pernah mengikuti lomba karya ilmiah, apalagi tingkat nasional. Lomba ini merupakan kali pertama baginya.
“Baru pertama saya buat karya ilmiah langsung dilombakan, eh ternyata menang. Padahal pertanyaaan yang diajukan oleh penguji sangat sulit. Mungkin saya ini terlalu hoki,” ungkap Immaroh sembari tertawa.
Kepiawaian Immaroh membuat karya ilmiah, diakui Immaroh, karena belajar banyak dari sang kakak, yang dulu sering membuat karya ilmiah sekaligus menjadi Ketua Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di sekolah.
“Saya diajari kakak. Karya ilmiah itu bagaimana, ada berapa Bab. Terus tiap Bab itu isinya bagaimana. Bab I isinya apa, Bab II apa, dan seterusnya,” jelas Immaroh.
Bagikan