Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA -- Nilai-nilai dalam gotong royong merupakan hal penting karena menjadi jembatan dalam menghadapi bonus demografi. Dengan demikian, bonus demografi yang ada dapat berdaya guna dan menjelma menjadi kekuatan besar berupa SDM unggul di masa depan.
Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Wikan Sakarinto dalam gelar wicara 'Kick Off G20 on Education and Culture’, di Jakarta, Rabu (9/2).
“Kita harus memastikan bahwa bonus demografi itu harus menjelma menjadi kekuatan besar kita di masa depan yaitu SDM yang unggul, kompeten, serta sesuai dengan perubahan yang ada di dunia nyata ini, sehingga ketika sisi permintaan (demand) sudah memunculkan sinyal seperti ini maka di sisi pasokan (supply) kita harus benar-benar ada ketautsesuaian (link and match),” tutur Wikan Sakaronto, seperti dilansir dalam laman resmi PAUDpedia, Kamis (10/2/2022).
Wikan menyebutkan beberapa dampak yang disebabkan pandemi Covid-19 khususnya bagi pendidikan vokasi, seperti siswa jarang masuk sekolah, mata pelajaran praktik menjadi terhambat, serta industri semakin melemah daya serapnya.
Bahkan, di tahun pertama pandemi terjadi lonjakan pengangguran, di mana Kemendikbudristek berkontribusi melalui berbagai kebijakan strategis untuk menurunkan tingkat pengangguran.
Di sisi lain, kata Wikan, pandemi telah memaksa semua pihak untuk bergotong royong, untuk beradaptasi, bertahan, dan pulih dari kondisi yang tidak menguntungkan.
“Filosofi gotong-royong itu menjadi lebih bulat ketika kita bersama-sama mengalami kesusahan dan tantangan ini. Dalam diri kita muncul kebersamaan, sehingga gotong royong dalam bentuk link and match yang kami catat selama pandemi ini justru mengalami peningkatan,” urai Wikan.
Wikan menambahkan, di satu sisi Covid-19 menciptakan pelambatan ekonomi. Namun demikian, kebersamaan antarpemangku kepentingan dirasakan semakin kuat, misalnya melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Gotong royong antara berbagai pihak yang terlibat dalam MBKM mencakup kurikulum yang disusun bersama, memberi peluang kepada praktisi untuk mengajar, adanya pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), magang yang dirancang bersama pendidikan vokasi dan dunia kerja, guru yang dilatih rutin bersama oleh industri, hingga komitmen industri dalam penyerapan lulusan.
Ketenagakerjaan
Pada bagian lain, Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Sekjen Kemenaker), Anwar Sanusi, yang juga sebagai Chair of The Employment Working Group mengimbau agar semua pihak yang terlibat dalam kelompok kerjanya untuk memberi manfaat dan kontribusi sebesar-besarnya agar tema G20 yang berkaitan dengan ketenagakerjaan bisa terealisasi secara baik.
Dalam kesempatan ‘Kick Off G20 on Education and Culture’, Anwar turut menjelaskan apa yang dia lakukan bersama kelompok kerjanya.
“Melalui tema yang terkait dengan ketenagakerjaan, kita ingin meningkatkan kondisi ketenagakerjaan agar kita bisa pulih secara bersama,” ujarnya sembari meyakini bahwa tantangan pekerjaan di masa pandemi di berbagai belahan dunia sangat luar biasa. Di negara anggota G20, sebanyak 160 juta lebih orang terdampak akibat pandemi.
Terkait dengan keberlanjutan penciptaan lapangan kerja, Anwar Sanusi mengakui adanya tantangan selain pandemi Covid-19 yakni bonus demografi di Indonesia. Tanpa pandemi, setiap tahun ada dua juta lebih angkatan kerja baru masuk ke dunia kerja yang sebagian besar dari mereka adalah kaum milenial dan zilenial.
Tantangan lainnya adalah era industri 4.0 di mana lapangan pekerjaan baru akan bermunculan baik dari sisi pola, cara bekerja akan sangat berbeda. “Oleh karena itu, kita harus berpikir kreatif dan inovatif untuk melihat peluang yang bisa kita hasilkan,” ucapnya.
Ia yakin, optimalisasi kreativitas terbuka lebar karena potensi terciptanya SDM unggul dapat dimulai dari 74.961 desa yang tersebar di Indonesia.
Pada Presidensi Indonesia dalam G20, Kemendikbudristek akan memimpin pembahasan empat agenda prioritas, yakni Pendidikan Berkualitas untuk Semua (Universal Quality Education); Teknologi digital dalam Pendidikan (Digital Technologies in Education); Solidaritas dan Kemitraan (Solidarity and Partnership); dan Masa Depan Dunia Kerja Pasca Pandemi Covid-19 (The Future of Work Post Covid-19).