Di UKDW, Ruang Riung Rayakan Seni, Dialog, dan Kemanusiaan

31 Oktober, 2025 03:54 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Ida Gautama

30102025-UKDW Ruang Riung.jpg
Di UKDW, Ruang Riung Rayakan Seni, Dialog, dan Kemanusiaan (EDUWARA/Dok. UKDW)

Eduwara.com, JOGJA -- Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menjadi tuan rumah penutupan pameran dan talkshow 2R: Ruang Riung. Ini merupakan forum seni dan dialog lintas budaya yang mengusung semangat keberagaman, perdamaian, serta kemanusiaan. Acara berlangsung di Ruang Seminar Pdt D. Harun Hadiwijono, Gedung Hagios UKDW, Jumat (24/10/2025).

Kegiatan Ruang Riung merupakan hasil kerja kolaboratif antara Indika Foundation, UKDW, Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, dan KAICIID Fellowship Program. 

Penyelenggaraan di UKDW melibatkan Pusat Studi dan Pengembangan Perdamaian (PSPP) serta Pusat Studi Disabilitas dan Desain Inklusif (PSDDI) di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UKDW). Kegiatan ini juga melibatkan kelompok perempuan pegiat perdamaian lintas iman yang tergabung dalam Srikandi Lintas Iman (SRILI).

Melalui kerja lintas disiplin ini, pusat-pusat studi menghadirkan pameran seni yang menyoroti pentingnya desain inklusif sebagai jembatan antara keberagaman kemampuan manusia dan ruang hidup yang berkeadilan. 

Pameran yang berlangsung sejak 19 Oktober 2025 ini menampilkan karya-karya yang mengedepankan aksesibilitas, partisipasi, dan empati, sekaligus mengusung nilai-nilai universal, kemanusiaan, dan religius. Lukisan, foto, video, hingga puisi yang dipamerkan merupakan karya pilihan dari para seniman, pegiat keberagaman, dan masyarakat dari berbagai wilayah di Pulau Jawa.

Talkshow bertajuk “Kanvas Jadi Ruang Dialog: Menggerakkan Rasa untuk Bumi dan Sesama” menghadirkan dua narasumber perempuan inspiratif yaitu Arahmaiani, seniman Indonesia yang dikenal melalui karya-karyanya yang kritis terhadap isu kemanusiaan dan lingkungan, serta dosen Desain Produk UKDW, Winta T Satwikasanti.

Dalam paparannya, Arahmaiani mengajak peserta memandang seni tidak hanya sebagai medium estetika, melainkan juga sebagai ruang refleksi dan aksi dalam menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas. 

“Di Plateau Tibet, saya belajar bagaimana menjaga lingkungan bukan sekadar tanggung jawab sosial, tetapi bagian dari spiritualitas dan cara hidup yang harus dilestarikan demi masa depan,” ungkapnya.

Ruang Reflektif Jiwa

Sementara itu, Winta menegaskan bahwa seni menjadi ruang reflektif bagi jiwa yang merdeka. Seni mengajarkan manusia untuk melihat lebih dekat dan menghargai kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. 

“Jiwa yang merdeka adalah jiwa yang mau merunduk sejajar dengan semut, menyadari bahwa apel yang tampak diam ternyata bergerak, digerakkan oleh kebersamaan,” tuturnya.

Acara dipandu oleh Ketua PSDDI UKDW Sita Yuliastuti Amijaya dan dihadiri peserta dari berbagai kalangan. Kehadiran interpreter bahasa isyarat menegaskan komitmen penyelenggara terhadap keberagaman dan aksesibilitas bagi semua.

Selain pameran dan talkshow, sebelumnya kegiatan Ruang Riung juga menghadirkan workshop “Craft Your Tea, Craft Your Story”, oleh tim SRILI yang mengajak peserta meracik teh sesuai suasana hati. Kegiatan ini menjadi sarana refleksi dan ekspresi diri melalui medium keseharian yang sederhana namun bermakna.

Salah satu peserta, mahasiswa Program Studi Humaniora UKDW, Lani, mengaku terinspirasi oleh kegiatan ini. 

“Talkshow hari ini sangat membuka wawasan saya tentang seni, perdamaian, dan keberagaman. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut,” ujarnya.

Advokasi perdamaian lintas agama melalui kegiatan kolaboratif antara Indika Foundation, perguruan tinggi, dan aktivis komunitas mencerminkan komitmen bersama untuk memperkuat ekosistem pendidikan tinggi yang berpihak pada inklusivitas, sekaligus memperluas dialog kreatif lintas iman, budaya, dan generasi. 

Ruang Riung diharapkan menjadi wadah berkelanjutan bagi seniman dan masyarakat untuk menyajikan serta menghayati kebersamaan melalui karya seni. (*)