Kampus
18 Oktober, 2023 18:52 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA - Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menggelar diskusi mengenai perkembangan peradaban Islam yang pertama. Diskusi ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mendesain peradaban Islam.
Berlangsung pada Selasa (17/10/2023), diskusi peradaban membahas buku karya Suwarsono Muhammad yang berjudul “Kapitalisme Religius: Peradaban Islam Masa Depan”.
Dalam sambutannya, Rektor UII Fathul Wahid menyampaikan kegiatan serial diskusi peradaban menjadi bagian awal dari sebuah diskusi yang bertema besar. Diharapkan diskusi tersebut dapat membuka mata, pikiran, dan hati bagi seluruh keluarga UII.
"Pembahasan yang menjadi tema perdana dalam diskusi peradaban kali ini merupakan salah satu dari imaji masa depan, terutama untuk peradaban Islam," kata Fathul dalam rilis Rabu (18/10/2023).
Dengan mendiskusikan buku ini, lanjut Fathul, maka imajinasi masa depan menjadi bagian penting untuk menyongsong masa depan yang tidak tunggal.
"Ke depan yang dibutuhkan adalah imajinasi kolektif yang tidak tunggal, bukan the future tapi futures, jamak," paparnya.
Fathul meminta dalam kesempatan-kesempatan mendatang, akan ada lebih banyak lagi imajinasi masa depan yang akan dibahas. Ia mengakhiri sambutannya dengan penuturan mengenai pentingnya diskusi masa depan.
"Ketika kita lupa mendesain masa depan kita sendiri, masa depan kita akan didesain oleh orang lain," jelasnya.
Religiusitas
Pembedah buku, Yudi Latif, mengambil pendekatan bahwa peradaban yang akan bertahan adalah peradaban yang di jantungnya masih terdapat detak religiusitas.
"Daya tahan suatu peradaban juga terletak pada sisi terluarnya, yakni ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi. Jika ilmu pengetahuan lemah, maka peradaban tersebut niscaya tidak akan mampu meradiasi peradaban lain," jelasnya.
Penulis buku, Suwarsono Muhammad menyebut satu kunci penting dalam strategi-strategi memajukan peradaban, yakni terletak pada pengakuan akan kemunduran itu sendiri, sehingga peradaban dapat dipulihkan.
"Saya mengajukan tiga pertanyaan pokok yang dimuat dalam buku ini; apakah peradaban Islam memiliki peluang untuk bangkit? Apa rancangan strategi yang didesain untuk menjawab pertanyaan pokok tersebut? Adakah kemungkinan keberhasilannya menjadi lebih terlihat transparan jika dilakukan dengan revolusi damai?" ucapnya.
Menurut Suwarsono, ide kapitalis religiusme itu datang dari negara ikut campur, campuran antara kapitalisme dan sosialisme yang dalam buku teks disebut dengan social materialism.
Bagikan