Eduwisata Pembatik Cilik, Upaya Bantul Tingkatkan Life Skill Pelajar

01 September, 2022 23:53 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

01092022-Pembatik Cilik.jpg
Sejumlah pelajar membatik saat proses peluncuran wahana Edukasi Pembatik Cilik di Bantul, Kamis (1/9/2022). Kehadiran wahana ini disambut baik karena akan memberi pelajar kemampuan non akademik yang disesuaikan dengan potensi lingkungannya. (EDUWARA/Setyono)

Eduwara.com, JOGJA – Sebagai upaya regenerasi pembatik, pelaku industri batik di Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menghadirkan 'Eduwisata Pembatik Cilik'. Upaya ini dinilai sejalan dengan pemberian keterampilan bagi pelajar, khususnya pengembangan potensi lingkungannya.

Diluncurkan pada Kamis (1/9/2022), kampung eduwisata ini difokuskan di Dusun Gunting dan dalam proses pembelajarannya di sana melibatkan hampir 50-an perajin batik yang selama ini masih produksi.

Kepala Dusun Gunting, Tumilan menjelaskan ide menghadirkan kampung eduwisata pembatik cilik berawal dari keprihatinan warga atas sedikitnya generasi muda yang usai lulus sekolah meneruskan menjadi perajin batik.

"Batik telah menjadi ikon di desa sini. Mirisnya saat pandemi kemarin, hampir separuh dari 100- lebih perajin yang gulung tikar dan tidak ada penerusnya. Padahal perajin di sini mengembangkan semua teknik membatik dari batik tulis, batik cap, sampai variasi di antara keduanya," katanya.

Dalam konsepnya, setiap pelajar yang nantinya berkunjung ke Dusun Gunting akan diajak untuk mengenal lebih dalam batik, proses pembuatan batik dan akhirnya membatik. Seluruh proses ini akan dijelaskan oleh perajin batik yang sudah berpengalaman.

"Sehingga mereka tidak hanya mengenal batik di permukaan saja. Namun juga bisa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan bagaimana semestinya industri batik itu bekerja," katanya.

Sebagai langkah awal promosi, Tumilan menyatakan pihaknya mengundang hampir 320 siswa dari tiga SDN, satu SMPN dan SMAN yang sebelumnya telah mendapatkan pembelajaran membatik di sekolah masing-masing.

Kehadiran mereka diharapkan menjadi magnet untuk menghadirkan pelajar lainnya mengenal dan belajar membatik. Ke depan, selain melibatkan perajin, konsep pembelajaran di wahana eduwisata juga melibatkan pelajar di sekitar untuk mempermudah.

"Kami berharap selain menjadi media pembelajaran. Lewat program ini ke depan akan lahir generasi yang peduli dengan tradisi batik dan mampu meluncurkan inovasi agar batik terus bertahan," lanjutnya.

Terkait kehadiran wahana eduwisata ini, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul Isdarmoko menyebut hal ini sangat menarik terutama konsep pengenalan dan pembelajaran membatik yang diterapkan.

"Sebagai desa yang dikenal memiliki potensi besar industri batik, kehadiran wahana ini menjadi penguatan pendidikan non akademik," jelasnya.

Khususnya dalam pengembangan life skill yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan tempat tinggal anak di sekitar. Diharapkan dampak dari kegiatan ini berkembang dengan kehadiran multiplayer efek sampai ke seluruh warga sehingga mampu menjadi desa sejahtera.