Literasi Berimbang, Kiat Kenalkan Buku Sesuai Kematangan Anak

11 Maret, 2022 20:02 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Ida Gautama

11032022-Kemdikbudristek Literasi Paud1.jpg
Kaprodi Magister Ilmu Pendidikan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Tati D Wardi dalam webinar Pembelajaran Literasi Usia Dini Berbasis Buku, Jumat (11/3/2022). (Youtube Guru Dikdas Kemendikbudristek)

Eduwara.com, JAKARTA - Buku merupakan jantung kegiatan sehari-hari. Hal-hal yang dikandung buku harus diajarkan secara eksplisit agar siswa menguasai keterampilan literasi. 

Karena itu, siswa tidak bisa dibiarkan untuk membaca sendiri, karena ada tahapan sistematis yang eksplisit sehingga fondasi akan kokoh sebelum diajarkan kepada yang pemaknaan hingga komprehensif.

Demikian inti mengenai literasi berimbang yang disampaikan Kepala Program Studi Magister Ilmu Pendidikan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Tati D Wardi dalam webinar Pembelajaran Literasi Usia Dini Berbasis Buku, Jumat (11/3/2022). 

Acara ini diselenggarakan oleh Direktorat Guru Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui siaran langsung Youtube Guru Dikdas Kemendikburistek.

Tati mengatakan ada dua kategori teks untuk anak usia dini yakni Ramah Cerna yang berfokus pada keterampilan belajar membaca dan Buku Berjenjang atau Sastra Anak. Teks Ramah Cerna berkonsep sederhana dengan struktur bahasa dibatasi untuk kebutuhan siswa dalam proses belajar membaca.

"Buku Ramah Cerna diciptakan untuk memfasilitasi penyusunan fondasi literasi bagi anak. Tujuan utamanya membantu siswa membangun kemampuan mengurai kata dan pemaknaan sederhana. Jadi betul-betul menjembatani ke arah literasi yang lebih menantang di tingkat selanjutnya," kata dia.

Pemaparan contoh buku Ramah Cerna oleh Kaprodi Magister Ilmu Pendidikan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Tati D. Wardi dalam webinar Pembelajaran Literasi Usia Dini Berbasis Buku, Jumat (11/3/2022). (Youtube Guru Dikdas Kemendikbudristek)

Ada juga buku yang membangun literasi sepanjang hayat. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) juga harus memberikan buku yang memperkaya dan meningkatkan kognitif siswa. Buku tersebut tidak lagi disederhanakan, namun dibuat sesuai perkembangan siswa. Kemudian dibuat sesuai kesenangan misalnya minat, variansi genre, bentuk format yang bermacam.

"Kurang lebih sudah masuk ke Sastra Anak atau buku anak yang dianggap berkualitas. Jika anak pergi ke perpustakaan atau toko buku maka mereka akan mengambil dan membacanya. Inilah buku yang sebenarnya paling ideal," ujar dia.

Disesuaikan Kematangan Anak

Tema dan kompleksitas buku bacaan harus disesuaikan dengan kematangan anak. Usia 2-4 tahun adalah masa penguasaan bahasa. Maka buku yang cocok adalah yang sederhana dengan gambar yang jelas, karakter dan cerita yang akrab dengan perilaku sehari-hari.

"Anak usia 5-7 tahun kecakapan bahasanya lebih kompleks, simbolik, dan mulai peduli dunia sekitar. Bacaan yang sesuai adalah novel pendek bergenre fantasi, humor, dan eksplor pengalaman baru," ujar dia.

Adapun usia 8-11 tahun, kemampuan berfikirnya cenderung fleksibel dan mampu melihat perspektif berbeda, maka buku bacaan mengeksplorasi identitas, dilema, dan misteri umumnya digemari mereka.

Sedangkan umur 12 tahun ke atas lebih cocok dengan buku fantasi masa depan, nilai moral yang ambigu, serta isu sosial dan seksualitas. Pemilihan buku tersebut didasarkan pada logika berpikir yang mulai seperti orang dewasa dan ketertarikan seksual. Sehingga bisa membantu menyalurkan proses imajiasi dan pemaknaan pengalaman mereka. (K. Setia Widodo)