Mahasiswa UMM Edukasi Petani Tengger Teknik Stek Benih Kentang

18 Februari, 2022 18:48 WIB

Penulis:Fathul Muin

Editor:Ida Gautama

18022022-UMM Pertanian kentang.jpg
Mahasiswa UMM sedang mengamati bibit kentang pada pelatihan teknik stek benih kentang kepada petani di Tengger. (EDUWARA/Istimewa)

Eduwara.com, MALANG — Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengedukasi petani Tengger terkait teknik stek benih kentang yang baik dan benar sehingga menghasil bibit kentang yang tinggi.

Mahasiswa yang memberikan pelatihan dan edukasi pembibitan stek kentang di Kecamatan Tosari, daerah Tengger, Pasuruan, pada Januari-Februari 2022, yakni Adelya Putri Andarista, Deni Purnama Sudiya Makarya dan Herlina Dwi Rahayu. Program pengabdian ini juga merupakan hasil mitra bersama salah satu dosen, Syarif Husen.

Ketua Tim, Adelya, menjelaskan masalah utama yang dihadapi petani Tengger yakni bibit kentang yang mahal. Selain itu kondisi green house yang dimiliki masih tergolong sempit dan beberapa sekat masih terbuka. Hal tersebut membuat pembibitan kentang sering kali gagal. 

"Masalah-masalah itulah yang menggerakkan kami untuk memberikan pelatihan sehingga kegagalan dalam pembibitan dapat dikurangi," kata Adelya, Jumat (18/2/2022).

Pelatihan dan edukasi ini, kata dia, berkonsep praktik di lapangan sehingga petani dapat melakukannya secara langsung dan tidak kebingungan. Sebelumnya, para peserta juga diberi masukan dan materi terkait penyiapan green house yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

Begitupun dengan cara sterilisasi media untuk pembibitan. Pemindahan media planet kentang juga menjadi hal yang krusial karena nantinya planet bisa distek pada usia satu bulan.

"Dengan planet ini dan teknik stek ini, penanaman yang distek bisa dikembangkan menjadi empat bibit kentang," ucapnya.

Adelya, mahasiswa Agroteknologi UMM, menilai para peserta, yang terdiri dari para petani, merespon baik program ini. Hal ini terlihat dari upaya renovasi dan perluasan green house yang sedang dilakukan. Mereka juga senang karena mendapatkan pengetahuan baru sehingga produksi dan panen kentang sesuai dengan yang diharapkan.

Meski begitu, Adelya mengaku timnya sempat kesusahan tatkala hujan terus berlangsung. Hal itu berakibat pada planet menjadi layu sehingga sesekali harus menunda pelatihan. Arus air di green house juga dirasa kurang, sehingga harus menimba air terlebih dahulu sebelum memulai paparan dan praktik.

Mahasiswa asli Pasuruan ini berharap petani setempat dapat menjadi mandiri untuk memenuhi bibit kentang melalui teknik yang sudah diberikan. Karena, hal itu bisa menekan angka pengeluaran dan menambah pemasukan bagi petani kentang. 

"Program ini juga kami harapkan bisa meningkatkan pendapatan ekonomi warga setempat serta bisa memproduksi bibit kentang yang lebih banyak sehingga tidak begitu membutuhkan bibir dari pihak luar," ungkapnya.