Sekolah Kita
05 Juni, 2022 07:47 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Belum dikenalnya secara luas permainan bridge menjadikan Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB GABSI) menargetkan institusi pendidikan sebagai media pencarian bibit baru.
"Permainan Bridge ini tidak bertentangan dengan akademik, namun sangat terkait dengan pembelajaran numerik dan melatih berpikir secara logika," kata Wakil Ketua Bidang Pembinaan PB GABSI Pramudita Munandar di Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (4/6/2022).
Berbeda dengan cabang olahraga lainnya, bridge yang tidak membutuhkan kekuatan fisik ini tidak banyak dikenal masyarakat seperti halnya sepakbola maupun olahraga lainnya sehingga pembinaan untuk mendapatkan bibit unggul terkendala.
Padahal sebagai olahraga yang sebenarnya mendukung akademik, bridge bisa dikenalkan ke sekolah-sekolah agar bisa semakin dikenal sejak dini. Bisa jadi, bridge nanti akan diajarkan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
"Inilah saatnya brigde kita kenalkan dan masuk ke sekolah. Ini agar pembinaan pada bibit junior bisa kita lakukan sejak dini. Kita mengarahkan anak-anak di bawah lima tahun untuk bermain dan menyukai bridge," jelas Pramudita.
Bagi seluruh pengurus daerah (Pengda) GABSI se-Indonesia, termasuk di DIY, Pramudita menyatakan tugas masuk ke sekolah ini menjadi program prioritas yang harus segera dijalankan. Termasuk kepada Pengda GABSI DIY periode 2022-2026 yang baru dilantik oleh Pramudita hari ini.
Persepsi Keliru
Hal yang sama juga dikatakan Ketua Komite Olahraga Indonesia (KONI) DIY Djoko Pekik Irianto yang menilai tidak adanya prestasi skala nasional dalam cabor bridge karena minimnya kemunculan atlet muda.
"Kami akui tantangan mengenalkan bridge ke masyarakat lebih luas karena adanya persepsi permainan ini mengajarkan anak bermain kartu dan menjurus ke judi. Padahal itu semua salah dan tidak benar," jelasnya.
Dengan mengenalkan ke guru dan orang tua siswa, diharapkan citra buruk mengenai bridge ini terkikis sejak dari usia dini.
Ketua GABSI DIY Ahmad Akhadi memaparkan program pencarian bibit unggul ke sekolah-sekolah ditetapkan sebagai program prioritas. Pengurus akan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan untuk lebih masif mengenalkan bridge.
"Saya menilai orang-orang yang ada di kepengurusan GABSI DIY sekarang tepat. Selain guru, pengurus juga merupakan pejabat di dinas pendidikan serta dari awak media. Ini menjadi tulang punggung untuk memperkenalkan dan melakukan pembinaan," katanya.
Sebagai langkah awal, GABSI DIY menggelar kejuaraan yang diikuti anak-anak usia di bawah 15 tahun. Dalam pertandingan yang berlangsung di Grha RSJ Grhasia, pasangan asal Kulonprogo meraih juara pertama.
Di peringkat kedua ada Joseph Satrya Ardya Wikantyasa-Raffael Christian Kuncoro dan ditempat ketiga Geraldine Merdu Atika Putri Jocelyn Putri. Kedua pasangan ini berasal dari Gunungkidul.
Bagikan