logo

Kampus

Bahas Ketahanan Nasional, Rektor Unhan Sampaikan Orasi Kebangsaan di UNS Solo

Bahas Ketahanan Nasional, Rektor Unhan Sampaikan Orasi Kebangsaan di UNS Solo
Rektor UNS Solo Jamal Wiwoho (kiri) dan Amarulla Octavian (kanan) dalam orasi kebangsaan dan soft launching Gedung Javanologi UNS, Kamis (2/6/2022). (EDUWARA/Humas UNS Solo)
Redaksi, Kampus05 Juni, 2022 06:18 WIB

Eduwara.com, SOLO – Salah satu yang menyatukan seluruh masyarakat Indonesia adalah bahasa Indonesia. Selain itu, sejarah membuktikan bahwa musnah atau meredupnya kebesaran suatu bangsa merupakan akibat dari memerosotan budaya nasional.

Budaya nasional adalah gabungan dan kombinasi berbagai unsur budaya asli daerah yang berkembang dari waktu ke waktu seiiring kemajuan peradaban. Rendahnya pelestarian budaya nasional menyebabkan degradasi tata nilai kehidupan bangsa yang berujung konflik internal secara horizontal atau vertikal.

Demikian catatan yang disampaikan Rektor Universitas Pertahanan (Unhan), Amarulla Octavian dalam orasi kebangsaan dan soft launching Gedung Javanologi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Kamis (2/6/2022) di Pendapa R Ng Yasadipura Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi UNS.

Tingginya konflik internal, sambung dia, berakibat pada rendahnya ketahanan nasional menghadapi serangan dari luar, baik serangan budaya maupun serangan fisik. Pertentangan suku atau etnis, pertentangan agama, pertentangan ras, dan pertentangan golongan juga dapat membelenggu terwujudnya ketahanan sosial dan budaya.

“Pendidikan pada semua strata harus mengajarkan nilai-nilai kebajikan, memahami perbedaan suku atau etnis, agama, ras, dan golongan, berbeda keyakinan bukan berarti bermusuhan. Pancasila adalah falsafah humanisme yang religius dengan pengakuan bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan,” imbuh dia dalam siaran pers yang dilansir Eduwara.com, Sabtu (4/6/2022) dari laman web resmi UNS Solo.

Kerukunan Hidup Toleransi

Amarulla melanjutkan, sebagai makhluk Tuhan yang dilengkapi dengan akal dan pikiran, maka manusia dalam kehidupannya harus selalu menjaga keseimbangan hubungan ke atas dengan sang pencipta, dan hubungan dengan sesama makhluk ciptaan lainnya serta alam semesta. Masyarakat Indonesia dan elemen-elemennya harus terus dibina keuletannya agar mampu menjaga stamina untuk menghadapi segala bentuk potensi pemecah belah bangsa.

Hal yang dapat dilakukan di lingkungan akademik khususnya dosen antara lain memiliki hati yang bersih dan niat yang suci dalam memberikan ilmu dan pengetahuan. Kemudian, memberikan ilmu dan pengetahuan untuk berbuat kebajikan kepada Tuhan, sesama manusia, dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Selanjutnya memiliki integritas yang tinggi antara beragama, bermasyarakat, dan bernegara.

“Sementara, untuk mahasiswa bisa dengan memiliki niat suci untuk belajar dan menerima ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pandai memilih teman untuk belajar, berdiskusi dan bertukar pendapat atau pengalaman. Lalu cerdik menggunakan ilmu dan pengetahuan yang dipelajari di kelas untuk memberikan sumbangsih positif untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa,” terang dia.

Amarulla berpesan agar sivitas akademika UNS senantiasa menjaga kerukunan hidup toleransi sebagai unsur utama terciptanya stabilitas keamanan dan ketahanan nasional.

“Baik dosen maupun mahasiswa, keduanya harus yakin bahwa proses belajar mengajar di kelas adalah ibadah kepada Tuhan. Dosen dan mahasiswa harus yakin ideologi Pancasila adalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia,” pungkas dia. (K. Setia Widodo/*)

Read Next