Peringatan Satu Abad Perjuangan Samin Surosentiko, Ajaran Pelestarian Alam Jadi Teladan

16 Maret, 2022 01:15 WIB

Penulis:Bhakti Hariani

Editor:Ida Gautama

15032022-Kemendikbudristek Samin.jpg
Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dalam Webinar Kebudayaan Peringatan Satu Abad Perjuangan Samin Surosentiko, Selasa (15/3/2022) (EDUWARA/Bhakti)

Eduwara.com, DEPOK - Samin (disebut juga Pergerakan Samin atau Saminisme) adalah salah satu suku yang ada di Indonesia. Masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, dimana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan.

Sikap yang perlu ditanamkan pada generasi muda terhadap nilai budaya dari Komunitas Adat Samin tersebut adalah perlunya menjaga sikap dan perilaku yang baik antar sesama manusia dan menjalin hubungan baik dengan lingkungan alam.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, hal yang diajarkan dalam Komunitas Adat Samin sangat relevan dengan keadaan saat ini yakni dengan adanya pandemi Covid-19. Kerusakan alam menyebabkan wabah muncul. Oleh karena itu, kata Hilmar, sangatlah penting untuk dapat melestarikan alam. 

“Kerusakan alam ini kesalahan manusia dalam hubungan dengan alam. Membuat kita semua memetik hasil berupa pandemi Covid-19. Inilah pentingnya kita kembali pada alam dan melestarikan alam,” ujar Hilmar dalam Webinar Kebudayaan Peringatan Satu Abad Perjuangan Samin Surosentiko, Selasa (15/3/2022).

Dikatakan Hilmar selama ini terdapat pemahaman yang salah perihal gerakan Samin Surosentiko, gerakan ini disalahpahami sebagai gerakan perlawanan terhadap penguasan kolonial dan banyak label lainnya. 

“Gerakan ini sesungguhnya pemahaman saya adalah gerakan kemanusiaan untuk memuliakan manusia dalam hubungan dengan alam dan sesamanya,” tutur Hilmar.

Kota Samin

Bupati Blora Arief Rohman mengatakan, orang Samin banyak dikunjungi oleh para calon pejabat ketika akan ada pemilihan kepala daerah. “Pak Gubernur pernah sowan ke orang Samin, Pak Presiden juga,” ujar Arief.

Sebagai wilayah dimana ajaran Samin awalnya berdiri, Arief akan meneguhkan komitmen untuk menjadikan Blora sebagai Kota Samin. Apalagi Blora memiliki banyak keunggulan di antaranya banyaknya tempat wisata yang juga memiliki desa-desa wisata yang indah.

“Semoga ini memberi kemanfaatan bagi semua warga Blora,” tutur Arief.

Dilansir dari laman petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, masyarakat Samin mempersiapkan lingkungan alam sebagai sesuatu yang dapat memberikan urip, sandang-pangan, dan penghidupan sehingga harus dijaga kelestariannya. 

Mereka juga memelihara lahan pertanian (sawah bancik) dan semaksimal mungkin berusaha untuk meningkatkan produksi hasil panen. Mereka beranggapan bahwa orang harus ulet (trokal) dalam melakukan pekerjaan agar bisa memperoleh hasil yang optimal.

Lingkungan alam adalah semua isi alam raya yang memberikan kehidupan meliputi tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Menurut orang Samin, alam itu identik dengan ibu (biyung) karena biyung adalah yang membuat hidup manusia sampai sekarang. Dengan begitu, manusia harus bersyukur dan menghargai alam sebagaimana kita menghormati seorang ibu (biyung).

Selain itu, hendaknya di dalam memanfaatkan kekayaan lingkungan digunakan secukupnya saja. Hal ini mengingat kekayaan lingkungan memang perlu dihemat sedemikian rupa agar generasi berikutnya dapat ikut menikmati. Jadi, harus dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan secara efisien.