logo

Kampus

Guru Besar UB: Kecerdasan Buatan Bisa Tingkatkan Efisiensi

Guru Besar UB: Kecerdasan Buatan Bisa Tingkatkan Efisiensi
Wayan Firdaus Mahmudy, saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya, Sabtu (12/3/2022). (EDUWARA/Istimewa)
Redaksi, Kampus14 Maret, 2022 23:12 WIB

Eduwara.com, MALANG — Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (Filkom UB), Wayan Firdaus Mahmudy, menegaskan penerapan kecerdasan buatan yang terintegrasi dapat menjadi solusi untuk menurunkan biaya produksi dan distribusi.

Hal tersebut dikatakan Wayan Firdaus Mahmudy saat menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya, Sabtu (12/3/2022). Pidato pengukuhannya mengangkat tema Pengembangan Metode Kecerdasan Buatan Terintegrasi untuk Optimasi Proses Produksi dan Distribusi Industri Manufaktur. 

Wayan mengusulkan Model Terintegrasi Produksi Distribusi Manufaktur (MPDM), yang menggabungkan adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS) untuk meramalkan permintaan produk oleh konsumen, improved genetic algorithms (IGA) untuk menentukan jumlah setiap jenis barang yang harus diproduksi, real-coded genetic algorithms (RCGA) untuk menyusun jadwal produksi, dan modified genetic algorithms (MOGA) untuk menyusun mekanisme distribusi. 

"Permasalahan pada proses produksi hingga distribusi yang harus diselesaikan ada empat," ucapnya.

Permasalahan yang dimaksud yakni peramalan diperlukan untuk mendapatkan jumlah permintaan konsumen untuk setiap jenis produk. Perencanaan produksi agregat menghasilkan kuantitas tiap jenis barang yang harus diproduksi. Penentuan waktu mulai untuk memproduksi setiap jenis produk dilakukan pada proses penjadwalan, dan proses produksi dilakukan dan kemudian produk harus didistribusikan ke konsumen.

“Keempat permasalahan tersebut harus diselesaikan dengan prinsip optimasi di industri manufaktur," ujarnya.

Karena itulah, kata Wayan, produk yang dihasilkan harus lebih baik, lebih cepat proses produksinya, lebih kompetitif dari segi harga, dan bisa diterima konsumen tepat waktu dengan biaya distribusi yang rendah.

Menurut Wayan, beragam metode telah dikembangkan untuk mencari solusi dari masalah optimasi. Metode umum yang dipakai adalah metode berbasis pemodelan matematika seperti min–max dynamic programming dan non-integer linear optimization problems.

Sedangkan penerapan kecerdasan buatan pada proses ini didefinisikan sebagai mekanisme pemecahan masalah dengan mengadopsi pola pikir manusia. Penerapan jaringan syaraf tiruan dan evolutionary computation sebagai bagian dari metode kecerdasan buatan untuk penyelesaian masalah optimasi di industri.

Keseluruhan metode kecerdasan buatan ini, Wayan meyakinkan, bisa diterapkan secara terintegrasi untuk menghasilkan solusi terbaik bagi industri manufaktur dengan menurunkan biaya produksi dan distribusi.

"Kekurangan dari model terintegrasi ini adalah memerlukan uji coba pendahuluan yang cukup memakan waktu untuk menentukan nilai parameter terbaik dari masing metode-metode untuk menghasilkan solusi optimal," ucap Wayan yang merupakan Profesor aktif ke 1 ke di Filkom dan ke 164 di UB.

Read Next