EduBocil
29 Januari, 2022 15:28 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Riyanta
Eduwara.com, JAKARTA—Indonesia merupakan salah satu negara dengan masalah gizi di semua kelompok umur. Termasuk pada anak usia sekolah dasar.
Data riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan, satu di antara empat anak mengalami stunting, satu dari sepuluh anak kurus, satu dari lima anak tergolong obesitas, dan satu di antara empat anak usia sekolah dasar mengalami anemia.
Stunting dan anemia dapat menurunkan prestasi belajar anak di sekolah. Selain itu, bisa menurunkan produktivitas ketika dewasa. Sementara itu, anak yang mengalami obesitas lebih rentan mengalami penyakit tidak menular saat dewasa.
Demikianlah permasalahan serta dampak kurangnya gizi pada anak yang disampaikan oleh Dirjen Pauddikdasmen Kemendikbudristek, Jumeri, S.TP, M.Si dalam pembukaan webinar yang bertajuk Gizi Tercukupi, Aku Berprestasi. Webinar itu dilaksanakan oleh Direktorat Sekolah Dasar, Selasa (25/1/2022) yang disiarkan secara langsung melalui Youtube.
“Pandemi Covid-19 kemungkinan lebih memperburuk situasi yang menempatkan anak-anak sekolah pada risiko yang lebih besar dalam kesehatan gizi jangka panjang dan kesenjangan pendidikan. Tercukupinya gizi anak usia sekolah sangat penting. Hal ini mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal,” jelas Jumeri yang juga sebagai Keynote Speaker di webinar itu.
Dia menambahkan, asupan makanan yang kurang sehat disertai kurangnya aktivitas fisik menjadikan salah satu pemicu status gizi buruk pada anak usia sekolah dasar. Rendahnya pengetahuan gizi seimbang pada anak, orang tua, maupun guru turut berkontribusi dalam hal tersebut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendidikan gizi di sekolah yang disertai intervensi komunikasi terbukti efektif untuk perubahan perilaku siswa.
“Angka partisipasi di sekolah yang cukup tinggi, menjadikan sekolah sebagai platform utama untuk program gizi. Termasuk pendidikan gizi sehingga memengaruhi status gizi anak-anak dan remaja,” jelas dia.
Pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah dapat membentuk pemanfaatan sumber daya pangan lokal. Kemudian pengolahan pangan yang menarik dapat menunjang pemenuhan gizi seimbang dan perilaku makan yang baik. Anak-anak yang sehat dan baik gizinya dapat belajar lebih optimal dan tumbuh menjadi remaja yang sehat dan produktif.
“Investasi bidang kesehatan dan gizi anak sama pentingnya dengan investasi bidang pendidikan. Hal tersebut bertujuan mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan. Peran orang tua, sekolah, komunitas setempat, kebijakan pemerintah daerah dan pusat sangat menentukan efektivitas perbaikan gizi dan kesehatan anak usia sekolah. Oleh sebab itu, mari kita siapkan gizi anak agar semakin berprestasi,” pungkas Jumeni. (K. Setia Widodo)
Bagikan