Kampus
12 Februari, 2024 22:15 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA - Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Das Salirawati menyarankan orang tua terlibat aktif dalam menentukan jurusan atau program studi (prodi) yang akan diambil anak-anaknya selepas sekolah menengah.
“Bulan-bulan ini, siswa SMA/SMK dan MA mulai berpikir dan menimbang-nimbang mau meneruskan kuliah di mana dan pada jurusan atau program studi apa. Peran orangtua sangat dituntut agar anak tidak kebingungan dan juga dapat diarahkan,” kata Das Salirawati, Selasa (12/2/2023).
Menurut Das Salirawati, sebaiknya orangtua tidak terlalu mendikte atau menekan anak untuk masuk universitas atau perguruan tinggi pada jurusan tertentu, karena sangat fatal bagi perkembangan mental anak khususnya.
Fakta banyak anak yang mengalami stres bahkan depresi di mana penyebabnya sebagian besar akibat paksaan orangtua untuk meneruskan kuliah di program studi tertentu, di perguruan tinggi tertentu.
“Secara psikologis ada beberapa macam penyebab, misalnya obsesi orang tua yang sangat mendambakan anaknya menjadi sarjana tertentu, atau cita-cita orang tua dahulu yang tidak kesampaian lalu anak dijadikan sasaran untuk dapat mewujudkan cita-cita tersebut. Ini keliru!” tegas Das Salirawati.
Das Salirawati memberikan kiat untuk mengurangi tingkat stres anak dalam menghadapi kebingungan memilih program studi di perguruan tinggi, di antaranya pilihlah jurusan yang memiliki prospek kerja yang tinggi dan luas.
Pertama, mencari informasi sebanyak mungkin melalui internet atau media lain. Kemudian, mendiskusikannya bersama orang tua untuk melihat keketatan persaingan dan kemungkinan peluang diterimanya, karena biasanya peminat sangat banyak.
Kecerdasaan Intelektual
Perlu juga dibahas tentang kebutuhan tenaga kerja lulusannya oleh suatu institusi atau perusahaan, sehingga kemungkinan dapat masuk bekerja di sana.
Kiat berikutnya adalah pertimbangkan kemampuan akademis (kecerdasan intelektual), biaya, dan mental anak. Jangan sampai dari segi kecerdasan sudah tidak memadai, tetapi orangtua memaksakan anak memilih jurusan atau program studi tertentu sebagai ambisi atau obsesi orang tua semata.
“Demikian juga kemampuan biaya atau finansial, apakah kira-kira mampu membiayai sampai lulus atau tidak. Seyogyanya orang tua juga dapat mengukur kemampuan diri, jangan hanya karena gengsi,” kata Das Salirawati.
Das Salirawati memberikan alternatif pilihan program studi yang dapat menjadi tujuan calon mahasiswa, seperti jurusan Artificial Intelligence (AI) yang termasuk jurusan langka namun banyak diburu karena prospek kerjanya yang luas.
Selain itu, pilihan jurusan langka dalam menentukan tempat studi lanjut juga dapat mempertimbangkan jurusan yang tidak hanya fokus pada satu bidang kerja, misalnya jurusan Sastra Inggris, di mana lulusannya memiliki kesempatan bekerja di bidang apapun.
Das Salirawati juga mengatakan guna menyesuaikan minat anak dengan program studi yang dipilih, kuliah tidak di perguruan tinggi ternama juga tidak masalah. Bila menimba ilmu benar-benar serius dan menguasai, maka ia akan mampu berkompetisi dengan sarjana-sarjana lulusan kampus terkenal.
Bagikan