SD Muhammadiyah PK Kottabarat Implementasikan Merdeka Belajar dengan Problem Based Learning

01 April, 2022 22:58 WIB

Penulis:M. Diky Praditia

Editor:Ida Gautama

01042022-SD Muh Kottabarat PBL.jpg
Siswa SD Muhammadiyah PK Kottabarat Solo belajar Matematika di luar kelas dengan cara menerapkan sistem problem based learning (EDUWARA/M. Diky Praditia)

Eduwara.com, SOLO – Hakikat kemerdekaan dan kebebasan berpikir dalam belajar harus dimulai oleh guru terlebih dahulu sebelum diajarkan kepada siswa. Salah satu wujud kebebasan dan kemerdekaan belajar yaitu dengan mengubah sistem pengajaran dari yang sebelumnya lebih banyak dilakukan di dalam kelas, menjadi lebih bervariasi dan dilakukan di luar kelas.

Model pengajaran ini membuat siswa dapat berdiskusi lebih dalam dengan guru, belajar di luar kelas, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru. Hal tersebut akan mendukung terbentuknya karakter peserta didik yang berani, mandiri, terampil berkomunikasi, berkarakter, literat, dan berkompetensi. Karena, sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing. 

Mengacu pada program Merdeka Belajar pada kondisi PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas), Andi Arfianto, guru Matematika kelas V SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Solo menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran Matematika, materi penyajian data.

Menurut Andi, Merdeka Belajar sangat berkaitan dengan model pembelajaran Project Based Learning (PBL). Pada model ini, pembelajaran berbasis proyek nyata untuk memastikan terbentuknya soft skill, hard skill, dan karakter yang kuat.

"Melalui PBL, siswa menjadi terbuka pola pikirnya. Diberikan pemantik satu pertanyaan, bisa menjawab dua sampai empat jawaban dengan pola pikir yang berbeda-beda, dan mereka bisa mendiskusikannya secara terbuka," ujar Andi, Jumat (1/4/2022).

Model pembelajaran PBL terdiri dari enam langkah. Pertama, orientasi siswa pada masalah. Dalam kegiatan ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati gambar yang berkaitan dengan penyajian data, mengidentifikasi, dan mencari informasi.

Kedua, siswa dibagi ke dalam kelompok dengan anggota 3 – 4 anak. Guru menginstruksikan bahwa setiap kelompok melakukan diskusi untuk menentukan ketua, presenter, dan pencatat.

Lebih Bersemangat

Ketiga, membimbing penyelidikan siswa secara mandiri maupun kelompok. Pada langkah ini, guru membimbing siswa mencari data secara berkelompok sesuai petunjuk di lembar kerja peserta didik (LKPD) dengan praktik di luar kelas. 

Pada kasus ini, siswa secara berkelompok mengumpulkan data dengan mencatat kendaraan bermotor yang melintas di Jalan Dr Muwardi Solo. Dalam waktu lima belas menit, mereka mencatat berbagai jenis kendaraan, antara lain sepeda motor, mobil pribadi, mobil box, mobil pick up, angkutan kota, dan bus. 

Keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada langkah ini, secara berkelompok siswa menyajikan data dari hasil yang diperoleh ke dalam bentuk tabel dan diagram. Kemudian dipresentasikan di depan kelas dan ditempel di papan yang sudah disiapkan. 

Langkah kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada langkah ini, setiap kelompok melakukan kegiatan kunjung hasil karya dan memberikan tanggapan terhadap hasil karya kelompok lain.

Andi menambahkan bahwa kegiatan kelompok dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih peran yang mereka kehendaki. Tujuannya agar siswa mampu mengeksplorasi dan berkreasi sesuai dengan minatnya.

"Siswa merasa lebih bersemangat untuk menyelesaikan tugasnya secara berkelompok, karena mereka merasa nyaman dan percaya diri dengan peran yang mereka pilih sendiri atau ditunjuk oleh anggota kelompoknya, imbuh Andi.

Salah satu siswa kelas V, Dhanurendra Mukti Widodo mengaku kegiatan pembelajaran Matematika dengan model seperti ini sangat mengasyikkan dan tidak membosankan.

“Saya senang belajar di luar kelas, bisa praktik menghitung kendaraaan yang melintas bersama teman-teman satu kelompok," tutur Danu.