Sekolah Diminta Memahami Konsep Kurikulum Prototipe

30 Desember, 2021 05:00 WIB

Penulis:Bhakti Hariani

Editor:Ida Gautama

30122021-Kemdikbudristek-PTM.jpg
Siswa sedang mengikuti PTM terbatas dengan protokol kesehatan saat pandemi (EDUWARA/Humas Kemendikbudristek)

Eduwara.com, BANDUNG – Dampak positif penerapan kurikulum darurat menjadi dasar dibukanya opsi bagi kurikulum prototipe yang bersifat sukarela bagi satuan pendidikan. Untuk itu, sekolah diminta memahami secara mendalam konsep kurikulum prototipe terlebih dahulu. 

Hal itu dikatakan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Zulfikri dalam siaran pers yang dikirimkan kepada Redaksi Eduwara.com, Rabu (29/12/2021).

“Karena ini pemulihan, dilakukan pengurangan materi dari Kurikulum 2013 yang padat dan dipilih materi yang esensial sehingga guru punya waktu memulihkan proses pembelajaan itu dan melakukan inovasi pembelajaran yang fokus kepada anak berdasarkan konteks, kebutuhan, dan potensi anak yang beragam,” ujar Zulfikri.

Seperti diketahui pandemi membuka peluang untuk menghadirkan inovasi dalam pembelajaran. Kemendikbudristek telah melakukan beberapa terobosan antara lain dengan menyederhanakan Kurikulum 2013 menjadi kurikulum darurat dalam rangka pemulihan pembelajaran sebagai bagian dari mitigasi hilangnya pembelajaran (learning loss) di masa pandemi. 

Zulfikri mengatakan, dengan makin meningkatnya layanan pembelajaran di sekolah maka anak akan tumbuh dan berkembang sesuai potensi, dan hilangnya pembelajaran (learning loss) pun bisa diatasi. 

“Kalau mengunakan kurikulum yang padat materi sementara PTM dilakukan secara terbatas, itu tidak mungkin (akan mencapai kualitas belajar yang diharapkan). Sehingga (kurikulumnya) perlu disederhanakan,” tuturnya. 

Diungkap Zulfikri, keuntungan dari kurikulum prototipe adalah guru tidak dikejar-kejar target materi pembelajaran yang padat, guru lebih fokus pada materi esensial yang berorientasi pada kebutuhan dan penguatan karakter siswa, metode pembelajarannya lebih bervariasi, situasi belajar lebih menyenangkan bagi guru dan siswa, serta guru diberi kesempatan untuk mengeksplor potensi siswa lewat berbagai inovasi pembelajaran.

“Kurikulum prototipe berbasis kompetensi statusnya semacam model. Model untuk pilihan di mana guru dan murid tidak merasa terlalu terbebani. Penyempurnaan dari kurikulum darurat, di kurikulum prototipe ini (strukturnya) lebih ditata selain disedehanakan juga,” papar Zulfikri. 

Sementara itu, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, mendukung berbagai terobosan Kemendikbudristek yang terus menyempurnakan model kurikulum. 

“Untuk percepatan kenaikan kompetensi peserta didik kita, maka kurikulum prototipe jawabannya. Tercatat, selama 1,5 tahun ini, sekolah yang menggunakan kurikulum darurat, learning loss-nya tidak terlalu parah dibanding sekolah yang tetap menggunakan kurikulum 2013 baik secara kuantitas dan kualitas,” tutur Syaiful.