Teliti Metode Cegah Longsor Pada Clay Shale, Dosen UMY Diapresiasi Taiwan

18 April, 2022 12:00 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Bunga NurSY

bongkah clay shale.jpg
Bongkah Tanah Clay Shale (UMY)

Eduwara.com, JOGJA—Berhasil menemukan metode pembangunan pada jenis tanah clay shale. Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Edi Hartono mendapatkan apresiasi dari Taiwan.

Riset mengenai clay shale sendiri berangkat dari disertasi yang dipublikasikan melalui Journal of GeoEngineering dengan mengangkat tema 'The Behavior of the Clay Shale Stabilized by Dry and Wet Cement Mixing Method'.

Disertasi ini ditulis Dosen Program Studi Teknik Sipil UMY Edi Hartono. Fokus penelitian mengenai tanah clay shale yang seringkali menimbulkan problematika longsor.

"Karya saya menyabet best paper dalam 2021 Excellent Paper Award Journal of GeoEngineering yang dinaungi oleh Taiwan Geotechnical Society dan diserahkan akhir Maret lalu," kata Edy, Senin (18/4/202).

Lewat publikasi di Journal of GeoEngineering, Edy fokus pada stabilisasi clay shale untuk meningkatkan daya tekan dan durabilitas tanah.

Clay shale sendiri merupakan satu keragaman tanah yang ada di Indonesia memiliki karakteristik berbeda karena berupa batuan sedimen yang terbentuk oleh sedimentasi tanah berbutir halus seperti lempung. 

“Berbeda dengan kebanyakan tanah lempung yaitu pada kondisi basah akan mengembang dan menyusut bila kering namun tetap mempunyai kuat dukung cukup baik, jenis tanah clay shale sangat keras dalam kondisi tertutup. Namun, dalam kondisi terbuka akan mudah lapuk dan tidak dapat kembali mengeras," paparnya.

Kondisi ini memunculkan banyak masalah geoteknik seperti longsornya tanah di segmen badan jalan ruas tol Cipularang dan lereng di ruas tol Semarang Bawen, dimana timbunan badan jalan bertempat di atas material clay shale.

"Saya dan tim mencoba menemukan solusi untuk menjawab fenomena yang meresahkan tersebut," jelasnya.

Dengan karakteristik kembang susutnya yang sangat tinggi, jenis clay shale kalau tertimbun akan mengeras seperti batu. Begitu dipotong, lalu terkena panas hujan, dan cepat lapuk sehingga longsor seringkali terjadi.

Dengan demikian, jika akan mendirikan sebuah konstruksi yang bertemu dengan tanah jenis itu mesti harus diselesaikan terlebih dahulu dan jangan sampai ada air. "Nanti mengembang, mengalami pelapukan dan bisa longsor," terangnya.

Melalui beberapa metode stabilisasi, Edy mengusulkan pengunaan cara maxing dengan semen, pupuk kering, dan spray. Umumnya, menggunakan pupuk kering dan dicairkan cairan semen.

Stabilisasi dengan menggunakan semen menurut hasil penelitiannya terbukti cukup menekan tingkat kembang susut tanah clay shale. Selain itu, juga meningkatkan sisi kuat tekan, serta durabilitas tanah.

Di samping itu, seperti metode yang pada umumnya dengan campuran kering dan campuran basah yang dialirkan. Penambahan metode semprot, menunjukkan hasil yang lebih baik

"Kami berharap penelitian ini dapat dikembangkan agar stabilisasi melalui metode yang ditawarkan dapat menjadi standar stabilisasi untuk jenis tanah clay shale serta menjawab problematika yang selama ini terjadi di Indonesia," harapnya.

Bersama timnya, Edy juga akan terus mengembangkan langkah supaya stabilisasi dengan tanah clay shale melalui metode tadi dapat menjadi standar.