Terapkan Saekedelai, UGM Bantu Tingkatkan Produktivitas Kedelai di Boyolali

19 Agustus, 2024 22:20 WIB

Penulis:Setyono

Editor:Ida Gautama

19082024-UGM Saekedelai Boyolali.jpg
FTP UGM bekerja sama dengan DUDI dan Pemkab Boyolali menerapkan Smart Agro Enterprise Kedelai (Saekedelai) di lima kecamatan yaitu Wonosegoro, Wonosamudro, Sambi, Andong dan Kemusi, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas kedelai di Kabupaten Boyolali. Menggunakan teknologi terbarukan berbasis Smart Farming, program Saekedelai memperoleh pendanaan dari Program Dana Padanan Kedaireka Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek 2024. (EDUWARA/Dok. UGM)

Eduwara.com, JOGJA - Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (FTP UGM) Yogyakarta dan Mitra Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI), bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali memperoleh pendanaan Program Dana Padanan Kedaireka Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek 2024. Program ini difokuskan pada Penerapan Smart Agro Enterprise Kedelai (Saekedelai) sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas kedelai.

Kordinator Program sekaligus dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian FTP UGM, Atris Suyantohadi menerangkan program Saekedelai merupakan teknologi terbarukan berbasis Smart Farming dalam pengembangan pertanian yang diperuntukkan meningkatkan produksi kedelai.

"Saekedelai diterapkan karena dari studi lapangan yang kami lakukan, kelompok petani kedelai di Boyolali tidak memiliki pola bisnis tani yang mampu meningkatkan produksi kedelai dari tahun ke tahun," kata Atris Suyantohadi, Senin (19/8/2024). 

Dipaparkan Atris, Studi Lapangan Fakultas Teknologi Pertanian UGM dilakukan dengan melibatkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) beserta koordinator dan pengurus perwakilan kelompok-kelompok petani kedelai .

Atris menyebut, ketiadaan pola bisnis tani kedelai menyebabkan ketidakjelasan pasar hasil produksi sehingga petani kedelai Boyolali masih mengerjakan pola tanam kedelai secara manual.

Ketidakjelasan serapan pasar ini pula yang menjadikan para petani Boyolali memiliki keraguan menanam kedelai. Meskipun ada bantuam dari program pemerintah berupa bantuan benih, sarana prasarana produksi seperti pupuk NPK, pestisida, rhizobium dan juga pupuk organic cair (POC). 

"Belum lagi, seringnya keterlambatan bantuan benih yang diberikan dan juga kurangnya mutu benih yang akan ditanam," ujarnya. 

Optimis

Kehadiran Saekedelai, dinilai Atris akan menghadirkan pola tanam atau sistem pertanian kedelai yang terintegrasi melalui penerapan ilmu pengetahuan (IPTEK) sehingga diharapkan menjadi teknologi yang bisa mendorong dan membantu petani kedelai dalam meningkatkan produktivitas dan mutu yang terjaga. 

"IPTEK Saekedelai kami terapkan di lima kecamatan yaitu Wonosegoro, Wonosamudro, Sambi, Andong dan Kemusi. Kami meyakini petani sangat terbantu dan memiliki harapan baru ke depan untuk meningkatkan produksinya," jelasnya.

Keyakinan ini bertambah besar usai dilakukannya Studi Lapangan dan Studi Tiru di lahan kedelai Kelompok Petani Samparan Maju, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, DIY.

Pada bagian lain, Kepala Dinas Pertanian Boyolali, Joko Suhartono, mengakui selama ini produktivitas kedelai di daerahnya terus menurun.

"Selain disebabkan penyusutan lahan-lahan kedelai, para petani juga banyak yang mengalihkan ke komoditi lain. Hal ini karena budidaya kedelai kurang memberikan hasil keuntungan," terangnya.

Di samping itu, teknologi yang dilakukan juga masih turun temurun, yang dikerjakan manual dan kurang membawa daya tarik bagi generasi muda dalam bertanam kedelai. 

Lewat program Saekedelai, Joko optimis budidaya kedelai di Boyolali akan meningkatkan produksi dan juga animo petani. Pasalnya, di program ini, petani sejak awal tanam hingga panen telah mendapatkan kepastian pasar yang terintegrasi.

Salah satu Ketua Kelompok Petani di Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Iskandar mengharapkan bantuan pendampingan dan petunjuk budidaya kedelai diberikan terus menerus manakala para petani melaksanakan budidaya dan bisa mendapatkan hasil produksi yang tinggi.