Kampus
16 Februari, 2022 01:27 WIB
Penulis:M. Diky Praditia
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, SOLO – Pembangunan tower Universitas Sebelas Maret (UNS) 11 lantai sudah rampung. Tower yang dinamakan Gedung Ki Hajar Dewantara itu rencananya akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo bertepatan dengan perayaan Dies Natalis ke-46 UNS, 11 Maret mendatang.
Keberadaan tower tersebut disambut gembira oleh mahasiswa UNS. Namun tidak sedikit mahasiswa yang tidak setuju, bahkan menolak pembangunan tower yang menelan biaya sekitar Rp 135 miliar tersebut.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Vokasi (SV) UNS, Ahmad Yuda mempertanyakan urgensi pembangunan gedung 11 lantai itu. “Ini dibangun untuk apa, untuk siapa, kepentingan rektorat atau civitas akademika UNS?” tanya Yuda.
Alih-alih membangun gedung tersebut, menurut dia, lebih baik UNS meningkatkan sarana dan prasarana di setiap fakultas terlebih dahulu. Banyak fasilitas di fakultas-fakultas yang kurang memadai untuk kuliah.
Yuda menyoroti kampus-kampus cabang yang memerlukan perbaikan, terlebih di kampus SV yang terpisah dari kampus induk. Meski terletak tidak terlalu jauh dari kampus Induk, fasilitas yang ada dirasa masih sangat kurang.
“Di sini ada 27 program studi dan juga beberapa organisasi mahasiswa (ormawa) yang perlu difasilitasi dengan baik. Jumlah mahasiswa SV sekitar 6000 lebih. Sedangkan ruang kelas di kampus ini sangat kurang. Kita ingin kuliah dengan nyaman. Apalagi SV dituntut segera masuk ke dunia industri,” papar Yuda siang itu.
Yuda juga mendapat kabar jika tower tersebut kelak tidak dapat diakses dengan mudah oleh mahasiswa. UNS akan mengenakan biaya bagi mahasiswa yang ingin menikmati fasilitas di dalam gedung seperti gym dan kolam renang.
“Itu dibuat dari uang mahasiswa, tapi mengapa mahasiswa yang mau kesana malah harus membayar,” kata mahasiswa D3 Komunikasi tersebut.
Ketimpangan
Mahasiswa Prodi Administrasi Negara UNS, Ina Nur Janah juga menilai ada ketimpangan antara pembangunan tower dengan fasilitas kuliah di fakultas. Bahkan di kampus induk saja masih banyak sarana dan prasarana yang kurang bagus.
Ia mencontohkan masih banyak kursi kayu yang sudah berumur tua. Belum lagi kampus cabang kondisi seperti terbengkalai.
“Setahuku itu bakal jadi image UNS. Sebenarnya bagus, pembangunan itu biar enggak kalah sama universitas lain. Tapi ya penggunaannya dioptimaliasi biar biaya yang kita bayarkan ke kampus juga sepadan, tidak sia-sia. Dan harusnya mahasiswa bisa masuk secara gratis,” ungkap Ina saat dihubungi Eduwara.com, Selasa (15/2/2022).
Rektor UNS Jamal Wiwoho saat dimintai keterangan terkait penolakan mahasiswa atas pembangunan towet itu mengatakan, gedung tersebut sudah terbangun dan sudah selesai. “Lha wong towernya sudah jadi, apa yang tidak disetujui,” ujar Jamal selepas acara penghargaan dirinya sebagai pemimpin universitas inspiratif.
Jamal mengklaim sudah membangun sarana dan prasarana yang baik di fakultas-fakultas. Laboratorium sudah banyak diperbaiki. Termasuk juga gedung-gedung fakultas banyak mengalami renovasi.
“Kita mengharapkan tower itu untuk reputasi dan kemajuan UNS, serta untuk kegiatan-kegiatan yang positif,” jelas dia.
Rektor itu menambahkan, kelak memang pihaknya akan mengadakan seleksi pihak ketiga untuk mengurusi dan mengelola tower tersebut. Ia menyebut UNS tidak bisa mengelola sendiri gedung yang sebegitu besar.
“Tetapi tentu civitas UNS mempunyai privilese untuk mengakses. Misalnya mahasiswa kalau mau renang (biayanya) sekian, mau nge-gym sekian. Sedangkan untuk umum sekian, kita bedakan. Kan begitu,” pungkas Jamal.
Bagikan