Yuk, Intip PTM Terbatas di SLBN Karanganyar, Apa Saja Kegiatan Siswanya?

20 Januari, 2022 06:31 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Riyanta

1901SLBN 1 kra1.jpg
SMA Kelas X Tunagrahita SLBN Karanganyar melakukan kegiatan keterampilan tata boga membuat karak organik dari pati, Rabu (18/1/2022). (Eduwara.com/K. Setia Widodo)

Eduwara.com, KARANGANYAR—Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Karanganyar yang terdiri atas jenjang SD, SMP, dan SMA melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas semester ini.

Wakil Kepala Bidang Sarpras, Yusuf mengatakan sekolah itu menggunakan kuota 50 persen. Kemudian menggunakan sistem ganti hari maupun sif.

"Ada yang menggunakan sistem ganti hari maupun sistem sif pagi siang. Hal ini disesuaikan masing-masing jenjang sekolah. Untuk pelajaran dibatasi hanya dua jam," kata dia ketika diwawancarai Eduwara.com, Rabu (19/1/2022) di ruang guru SLBN Karanganyar.

Kelas dimulai pukul 08.00 hingga sekitar pukul 10.00 atau 11.00 WIB. Terkait lamanya pembelajaran juga menyesuaikan kondisi siswa.

"Ada dua hal yang kami perhatikan. Pertama mengejar target pelajaran, kedua menyesuaikan kondisi siswa. Kadang ada siswa yang bilang sudah pusing atau sudah tidak semangat, ya pembelajaran dicukupkan. Intinya kami mengikuti siswa dengan catatan tidak mengabaikan materi," ujar Yusuf.

Kegiatan pembelajaran tematik oleh SMP Kelas VIII Tunagrahita SLBN Karanganyar, Rabu (18/1/2022). (Eduwara.com/K. Setia Widodo)

 

Semester sebelumnya, sekolah tersebut sudah melaksanakan PTM terbatas dengan kuota 20 persen. Namun untuk mata pelajaran khusus, siswa diminta datang ke sekolahan atau guru yang ke rumah mereka. "Misalnya matematika kan harus tatap muka, apalagi bagi kelas tunanetra," jelas Yusuf.

Pembelajaran Tematik

Dia menambahkan, 90 persen siswa SLBN Karanganyar sudah divaksin tahap pertama. Terkait PTM 100 persen, dia mengaku masih menunggu kebijakan dari provinsi.

Pantauan Eduwara.com di sekolah tersebut, beberapa kelas melakukan kegiatan belajar mengajar. Seperti SMP Kelas VIII Tunagrahita yang melakukan pembelajaran tematik. Kemudian SMA Kelas X Tuna Grahita yang melakukan keterampilan tata boga membuat karak organik dari pati.

Salah seorang guru pendidikan agama Islam kelas tunanetra, Giyanti menjelaskan mayoritas siswa lebih menyukai pembelajaran tatap muka.

"Anak-anak bilang daripada dikasih materi lewat pembelajaran jarak jauh, lebih enak tatap muka. Selain menggunakan sistem baca tulis dan penjelasan, saya juga memberi kesempatan siswa untuk menyimpulkan materi yang saya sampaikan," jelas Giyanti yang juga alumnus SD Kelas Tunanetra sekolah itu.

Dia berharap, anak didiknya di Kelas Tunanetra bisa melanjutkan pendidikan ke SMP dan SMA Inklusi hingga perguruan tinggi. (K. Setia Widodo)