Yuk Mengenal Konsep Greenwashing!

08 Juni, 2022 07:13 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Bunga NurSY

webinar-greenwashing-2.jpeg
Pemaparan Unveiling Greenwashing oleh Anggota Teens Go Green Indonesia, Bening Kalimasada Aura dalam webinar Kupas Tuntas Greenwashing: Peran Gen Z dalam Eksistensi Praktik Greenwashing Global. Acara itu diselenggarakan secara daring pada Minggu (5/6/2022). (UNS Solo)

Eduwara.com, SOLO – Greenwashing merupakan proses memberikan informasi palsu tentang suatu produk dari sebuah perusahaan dengan klaim ramah lingkungan. Greenwashing dianggap sebagai klaim yang tidak berdasar untuk menipu konsumen agar percaya bahwa produk perusahaan tersebut ramah lingkungan, padahal tidak demikian adanya.

Hal tersebut disampaikan oleh Dosen Teknik Kimia Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang, Mayang Manguri Rahayu dalam Webinar Kupas Tuntas Greenwashing: Peran Gen Z dalam Eksistensi Praktik Greenwashing Global. Acara itu diselenggarakan secara daring pada Minggu (5/6/2022) oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (Prodi) S1 Pengelolaan Hutan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Forestry Students of Sebelas Maret (Foresma) dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

"Fenomena greenwashing ini mencuat lantaran isu lingkungan yang semakin digaungkan, termasuk ke dalam isu yang menjadi trend popular, terdapat kepentingan bisnis dan politik, adanya arus informasi yang cepat, serta perilaku konsumerisme,” sambung Mayang seperti siaran pers yang dilansir Eduwara.com, Senin (6/6/2022) dari laman web resmi UNS Solo.

Mayang menambahkan, dampak dari greenwashing ini menyebabkan munculnya ketidakseimbangan sosial dalam menghadapi isu hijau atau lingkungan. Menurut dia, cara untuk mengatasi greenwashing dengan kembali ke akar nenek moyang.

Sementara itu, Anggota Teens Go Green Indonesia Bening Kalimasada Aura memaparkan tentang Unveiling Greenwashing. Bening mengatakan bahwa greenwashing merupakan suatu hal yang menyesatkan konsumen terkait praktik isu lingkungan.

Narasumber kedua itu mengatakan cara untuk mengetahui perusahaan melakukan praktik greenwashing. Pertama, produk yang ditawarkan perusahaan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, seperti merilis produk dengan klaim yang sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan limbah, dan sebagainya. Kedua, sulit untuk memeriksa klaim produk dari perusahaan. Ketiga, bersifat reaktif bukan proaktif, seperti tidak ada niatan yang berkelanjutan untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik dari produk yang ditawarkan.

“Banyak perusahaan melakukan praktik greenwashing karena praktik ini lebih menguntungkan para investor. Selain itu, praktik greenwashing dilakukan karena dinamika bisnis di dalamnya," jelas dia.

Lebih lanjut, kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan sehingga embel-embel yang berbau “ramah lingkungan” lebih diminati dan menjual. Maka tak heran banyak perusahaan menerapkan praktik greenwashing.

Selain itu belum adanya regulasi yang dibuat pemerintah dalam mengatur praktik greenwashing, sehingga praktik ini menjadi tak terkontrol. Serta perlu biaya yang lebih besar jika ingin memasarkan produk yang “benar” berlabel ramah lingkungan.

Oleh karena itu, praktik greenwashing merupakan cara mudah dan murah dari segi marketing. Kemudian praktik greenwashing digunakan sebagai strategi bisnis dengan dalih isu lingkungan.

Menurut Bening, ketika melihat suatu iklan produk yang menambahkan label “eco”, “eco friendly”, dan sebagainya, kita harus bersikap skeptik. Mencermati dengan saksama eco labels, melakukan riset, serta kita bisa melakukan advokasi ke pemerintah terkait terhadap produk tersebut. (K. Setia Widodo/*)