logo

Kampus

Berdayakan Wilayah Sekitar Kampus, UGM Luncurkan KIBAR

Berdayakan Wilayah Sekitar Kampus, UGM Luncurkan KIBAR
Berlangsung di pinggiran Kali Code, Dusun Gemawang, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman, Selasa (20/9/2022), Rektor UGM Ova Emilia meresmikan program Komunitas Belajar dan Berdaya (KIBAR). Program pemberdayaan masyarakat wilayah sekitar kampus ini diinisiasi UGM dengan berbasis pada Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM). (EDUWARA/Humas UGM)
Setyono, Kampus20 September, 2022 23:30 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menginisiasi program pemberdayaan masyarakat wilayah sekitar kampus dengan berbasis pada Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM). Bertajuk Komunitas Belajar dan Berdaya (KIBAR), UGM berkeinginan berkontribusi pada masyarakat.

Berlangsung di pinggiran Kali Code, Dusun Gemawang, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman peresmian program ini langsung dihadiri Rektor UGM Ova Emilia, Selasa (20/9/2022).

"KIBAR diinisiasi dalam rangka membangun  sinergi komunitas serta meningkatkan kepedulian kepada wilayah sekitar kawasan kampus. Model pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui aktivitas KKN-PPM berbasis aset dan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah," kata Ova dalam sambutannya.

Sebagai kampus yang dikenal identik dengan berbagai program KKN-PPM yang mampu memberi manfaat pada masyarakat, UGM tidak ingin keberlangsungan program KKN-PPM didominasi pemberdayaan masyarakat di luar Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pemilihan pemberdayaan masyarakat Dusun Gemawang dinilai menjadi sebuah upaya yang sangat luar biasa karena mampu menjalin pembangunan wilayah di sekitar UGM.

"Sehingga ini menjadikan UGM, tidak lagi sebagai sebuah universitas atau entitas terpisah, tetapi menyatu guna bersama-sama berjuang meningkatkan kesejahteraan masyarakat," jelasnya.

Didesain dengan skema berkelanjutan, dalam pelaksanaannya KIBAR bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, swasta, organisasi non-profit, dan komunitas. Fokus utama dari program ini adalah penguatan engagement antara komunitas akademik (kampus) dengan pemerintah desa dan kelurahan untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar.

"Prinsip saling belajar, inklusifitas, dan penghargaan terhadap kearifan lokal menjadi prinsip pelaksanaan program KIBAR. Tidak hanya memberi dampak bagi masyarakat, program ini juga menjadi sarana pembelajaran yang penting bagi mahasiswa untuk memahami konteks yang ada di wilayah sekitar kampus," terang Ova.

Pelaksanaan KIBAR akan berlangsung pada akhir September di tiga desa. Sinduadi, Caturtunggal, dan Condongcatur. Jangka waktu pelaksanaan program pada tahap pertama berlangsung sekitar lima bulan dengan diawali pengembangan pangkalan data spasial, sosial, maupun sektoral sebagai basis perencanaan program pemberdayaan yang berkelanjutan pada waktu mendatang.

Kerelawanan Mahasiswa

Wakil Rektor UGM bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni, Arie Sujito menegaskan inisiatif program KIBAR adalah menjalin komunikasi, persahabatan, dan relasi bertetangga yang baik semata-mata adalah bagian dari membangun pilar bersama, dengan memegang prinsip-prinsip pemberdayaan.

"Tiga kelurahan yang dipilih ini sangat dekat dengan UGM secara geografis dan juga secara sosiologis," paparnya.

Lebih lanjut ia menerangkan, ada empat kegiatan yang menjadi pilar di dalam Program KIBAR ini yaitu Perencanaan Penyusunan Pangkalan Data Spasial, Sosial dan Sektoral, Pelaksanaan Penyusunan Pangkalan Data, Pemberdayaan Masyarakat Wilayah Kawasan Bulaksumur dengan Berbasis pada Potensi dan Permasalahan Masyarakat, serta Kegiatan Sosial bagi Masyarakat Kawasan Bulaksumur.

Selain dengan program KKN-PPM, pelaksanaan program didukung dengan aktivitas kerelawanan mahasiswa  dan  berbagai aktivitas penelitian dan pengabdian oleh dosen dan mahasiswa.

Program ini diharapkan akan melahirkan model pemberdayaan masyarakat yang dapat direplikasi ke daerah lain, yaitu model pemberdayaan melalui sinergi berbagai pihak untuk mempercepat proses akselerasi pengembangan kemandirian masyarakat.

"Tantangan pemberdayaan bukan semata soal sumber daya, tetapi seperti apa kemampuan mengelola sumber daya tersebut sehingga tujuan yang kita inginkan bisa terwujud," kata Arie.

Read Next