logo

Kampus

Deteksi Covid-19 Lewat Air Limbah, Cocok untuk Indonesia

Deteksi Covid-19 Lewat Air Limbah, Cocok untuk Indonesia
PKKA-PRO FK-KMK UGM berhasil membuktikan pendeteksian virus Covid-19 melalui air limbah rumah tangga cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini karena tinja dan urine individu tersebut mengandung bagian/fragmen virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak menular. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus02 Februari, 2024 05:29 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Peneliti Pusat Kajian Kesehatan Anak (PKKA-PRO) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil membuktikan pendeteksian virus Covid-19 melalui air limbah rumah tangga cocok diterapkan di Indonesia.

Berkolaborasi dengan Murdoch Children’s Research Institute (MCRI) Australia, hasil penelitian yang dilakukan pada rentang 2021-2022 menunjukkan surveilans air limbah mampu mendeteksi peningkatan kasus Covid-19 hingga dua minggu lebih awal dari peningkatan kasus di masyarakat.

“Hal ini karena  tinja dan urine individu tersebut mengandung bagian/fragmen virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak menular,” terang Ketua Tim PKKA-PRO FK-KMK UGM, Indah Kartika Murni, dilansir Kamis (1/2/2024).

Indah menerangkan sistem surveilans air limbah ini telah diterapkan di beberapa negara maju untuk deteksi Covid-19. Hal tersebut seperti telah dilakukan di Amerika dan Belanda sebagai pelengkap surveilans individu yang rutin dilakukan. Di Indonesia, surveilans air limbah telah dilakukan untuk deteksi wabah Polio.

Hal tersebut menjadi dasar penelitian lanjutan untuk melihat efektivitas biaya dari penerapan surveilans air limbah. Selain itu, untuk melihat biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan surveilans air limbah guna deteksi dini wabah COVID-19 di komunitas dan membandingkannya dengan biaya yang dikeluarkan tanpa adanya sistem ini.

“Penelitian dilakukan tidak hanya mencoba menerapkan kemampuan surveilans limbah sebagai sistem kewaspadaan dini peningkatan kasus Covid-19 di komunitas. Namun, juga penelitian lanjutan untuk melihat efektivitas biaya dalam metode ini jika diimplementasikan sebagai program surveilans rutin,” katanya.

Dalam diseminasi hasil penelitian uji efektivitas biaya secara daring di depan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Kementerian Kesehatan, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), World Health Organization (WHO), dan Japan International Cooperation Agency (JICA), hasil penelitian ini menunjukkan sistem surveilans air limbah memiliki potensi sebagai opsi yang ekonomis untuk mendukung sistem peringatan dini dalam situasi pandemi, terutama di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah.

Anggota Tim PKKA-PRO FK-KMK UGM, Tiara, menekankan pentingnya dukungan kebijakan yang kuat dan tepat waktu, beserta respons kesehatan masyarakat yang efektif. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai faktor utama dalam menentukan keberhasilan setiap sistem surveilans.

“Tidak ada surveillance system yang efektif tanpa diikuti public healthresponse,” ucapnya.

Dukungan terhadap rencana inisiasi pelaksanaan surveilans air limbah untuk Covid-19 dapat dimulai dengan pembentukan jejaring nasional khusus untuk surveilans air limbah. Jejaring ini diharapkan akan melibatkan berbagai pihak yang bersedia bekerja sama dalam mengembangkan sistem surveilans air limbah di Indonesia

“Ke depan, kita dapat membuat jejaring nasional untuk surveilans air limbah berisi aktor-aktor yang dapat bekerja bersama untuk mengembangkan surveilans air limbah ini,” ujarnya.

Read Next