Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Dua mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang menyandang disabilitas mampu meraih prestasi nasional yang membanggakan. Kedua mahasiswi berprestasi tersebut adalah Aulia Rachmi Kurnia (24) dan Ashiila Putri Anggraenie (20).
Aulia Rachmi Kurnia, yang tengah menempuh kuliah di Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, mengukir prestasi dengan menjadi sutradara. Sejak setahun lalu ia berhasil menyutradarai film pertamanya yang berjudul 'Masih Tanda Tanya'.
Sedangkan Ashiila Putri Anggraenie (20), mahasiswi Prodi Manajemen Sumberdaya Akuatik, Fakultas Pertanian UGM, berhasil menembus kantor berita internasional. Ia mendapat kesempatan magang di BBC News di Jakarta.
Aulia merupakan penyandang disabilitas netra. Pada 2021, ia pernah terlibat dalam produksi film ‘Seutas Asa’. Dalam film yang dibuat oleh temannya yang juga penyandang disabilitas netra, Aulia dipercaya menjadi salah satu pemain.
Sedangkan film perdananya, ‘Masih Tanda Tanya’, sejak Maret lalu telah diputar di berbagai komunitas film nasional.
"Menjadi sutradara film bukanlah hal mudah. Sutradara memiliki beban besar apakah sebuah film nantinya bakal diminati penontonnya. Sutradara mengarahkan pemain agar berlakon sesuai karakter yang diperankan serta memastikan semua berjalan sesuai rencana, dari awal hingga akhir produksi film," kata Aulia dalam rilis Jumat (18/8/2023).
Aulia mengakui ada tantangan tersendiri dalam pembuatan film yang harus menggunakan bahasa visual. Namun keterbatasan visual yang dimilikinya tak lantas membatasi langkahnya untuk berkarya.
Di tengah keterbatasan itu, Aulia bersyukur masih dikelilingi orang-orang baik yang percaya akan potensinya dan mendukung dirinya menyutradarai film garapannya.
"Kesulitan ya pasti ada karena keterbatasan visual. Namun, sangat terbantu ada asisten sutradara yang bisa menjadi 'mata' saya dan kerja team yang luar biasa selama produksi film," jelasnya.
‘Masih Tanda Tanya’ merupakan film pertama yang disutradarai Aulia. Film berdurasi 40 menit ini berkisah tentang sepasang kekasih di mana pihak laki-laki merupakan penyandang disabilitas netra. Di tengah perbedaan fisik ini cinta mereka diuji dengan adanya orang ketiga.
Selain menampilkan lika-liku percintaan dua remaja dengan perbedaan fisik, film ini juga mencoba mengungkap sejumlah isu disabilitas.
"Film ini terinspirasi dari kisah teman yang juga disabilitas netra," ungkap Aulia.
Perjalanan Aulia menekuni bidang perfilman bermula dari keikutsertaan dalam sebuah Kelas Film pada 2022. Ia bersama dengan lima rekannya penyandang disabilitas netra kala itu iseng-iseng mengikuti Kelas Film di Yogyakarta.
Kehadiran mereka dalam kelas tersebut sempat dipandang sebelah mata. Pasalnya, penyandang disabilitas netra dituntut untuk memproduksi karya yang identik dengan hal-hal berbau visual.
Dukungan
Aulia tidak pernah menyangka bisa mencapai titik ini. Menjadi sutradara film pendek tidak pernah terbesit dalam benaknya, terlebih dengan keterbatasan visual yang dimiliki.
Ia pun mengaku bangga sekaligus senang bisa menyutradarai film ‘Masih Tanda Tanya’ ini. Sebab, kesempatan ini menjadi pengalaman pertama baginya untuk belajar dan berkarya di bidang perfilman.
"Jangan berhenti berkarya. Sebab, berkarya itu tidak mengenal golongan, disabilitas atau bukan. Selagi ada niat kita bisa berkreasi dan yakinlah ada orang-orang yang akan mendukung kita," pungkasnya.
Sementara, Ashiila Putri bercerita dirinya berkesempatan magang di BBC News Jakarta, mulai 17-28 Juli 2023.
"Ini pertama kali penyandang disabilitas magang di BBC News di Jakarta. Saya menyandang disabilitas tunadaksa karena kecelakaan jatuh dari motor tiga tahun lalu dan menyebabkan kesulitan berjalan, menaiki tangga atau berdiri dalam waktu lama," kata Ashiila.
Namun hal itu bukanlah penghalang bagi Ashiila untuk magang di kantor berita asing tersebut. Apalagi dirinya tertarik dengan dunia jurnalistik.
"Saya tertarik magang di BBC News karena saya ingin menjawab pertanyaan yang selama ini belum terjawab terkait bagaimana cara kerja jurnalis? Bagaimana mereka bisa mendapatkan berita dengan cepat?" kata perempuan kelahiran batang Jawa Tengah ini.
Selama dua minggu magang kerja di BBC News, Ashiila mengaku tidak banyak menghadapi banyak kendala karena ia mendapat dukungan dari staf di kantor tersebut.
"Selama magang tidak ada kendala dari segi apapun. Mobilitas aman dan tidak ada kendala, semuanya mudah untuk dijangkau," ujarnya.
Menurutnya, para staf di kantor BBC News Indonesia selalu membantu dan menjawab pertanyaan darinya tentang sesuatu yang belum dipahami. Di BBC News, Ashiila mendapat tugas melakukan translate artikel berita.
Dari dua minggu magang secara mandiri di BBC Indonesia, ia mengaku mendapat pengalaman dan mengetahui cara kerja seorang jurnalis, dan cara melakukan translate artikel berita dengan baik dan benar.
"Karena ini magang pertama saya, magang di BBC News Indonesia akan menjadi pengalaman dalam hidup saya yang tidak akan saya lupakan," ungkapnya.
Dalam berbagai kesempatan, Rektor UGM Ova Emilia mengatakan kehadiran mahasiswa penyandang disabilitas menjadi bukti nyata akan komitmen UGM mewujudkan pendidikan yang inklusif, berkeadilan dan merata bagi semua masyarakat. Komitmen UGM ini seleras dengan tujuan pencapaian pembangunan berkelanjutan (SDGs).