Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Perkembangan pendidikan di Kota Yogyakarta, terutama dalam hal pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), menjadi rujukan bagi daerah lain untuk ditiru. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta juga menyiapkan dan menyediakan dukungan pada sekolah inklusi, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK).
Hal ini disampaikan Sub Koordinator Kelembagaan Sarana Prasarana Pendidikan Masyarakat dan PAUD, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta Anita Sri Madumurti saat menerima kunjungan Pemkot Salatiga.
"Di Kota Yogyakarta pembinaan UKS di SMP, SD, TK dan PAUD dilakukan lintas organisasi perangkat daerah dengan melibatkan Dinas Kesehatan dan Kementerian Agama," kata Anita, Kamis (2/3/2023).
Anita menjelaskan beberapa program untuk UKS di Kota Yogyakarta yang telah dilaksanakan antara lain pembinaan dokter kecil, orientasi kader kesehatan SMP/MTs, bimbingan remaja usia sekolah di madrasah, promosi kesehatan di sekolah dan pojok kependudukan.
"Pada pelayanan kesehatan, misalnya pemberian obat cacing massal dan obat penambah darah," jelasnya.
Tak hanya itu, melalui UPT Layanan Disabilitas (ULD) Bidang Pendidikan dan Resource Center, Disdikpora Kota Yogyakarta juga membekali guru-guru PAUD tentang bagaimana melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak-anak.
Kepala UPT ULD Aris Widodo menerangkan pihaknya seringkali menggelar workshop untuk guru PAUD dengan tujuan para guru mengerti bagaimana tumbuh kembang pada usia balita.
"Pendidikan PAUD nonformal seperti playgroup sangat penting untuk mendeteksi tumbuh kembang anak. Deteksi dini ini diperlukan sebelum anak ke jenjang PAUD formal seperti Taman Kanak-kanak. Intinya kami membekali," jelas Aris.
Menurut Aris, perhatian pada pendidikan inklusif ini prinsip utamanya adalah tumbuh kembang yaitu dengan memaksimalkan tumbuh kembang berdasarkan kurikulum tumbuh kembang tentunya. Deteksi tumbuh kembang ini amat berkaitan dengan terselenggaranya pendidikan inklusi.
Karakteristik Sama
Aris menambahkan anak yang terpantau akan membantu kita melihat sejauh mana tumbuh kembang anak berjalan sesuai dengan usia anak saat itu.
"Ketika misalnya di sana ada anak berkebutuhan khusus (ABK), mereka bisa mendeteksi dan kemudian bisa memberikan pengasuhan yang benar. Intinya bagaimana memberikan pola asuh atau parenting dengan baik," ucap Aris.
Disdikpora Kota Yogyakarta berharap pemantauan serta deteksi dini dapat dilakukan sejak awal. Semisal kepada anak umur satu tahun yang mulai bisa berjalan sudah harus dipantau dari bulan ke bulan untuk mengetahui apakah anak sudah sesuai dengan tumbuh kembang pada usia tersebut.
"Anak sudah harus dipantau, sekian bulan anak bisa apa, sekian lagi bisa apa, dan tidak sekadar fisiknya saja. Ketika anak mulai berlari, otomatis ada kemampuan sosial juga yang harus dikuasai," kata Aris.
Sekretaris Daerah (Sekda) Salatiga Wuri Pujiastuti menjelaskan pihaknya belajar mengenai perkembangan pendidikan Kota Yogyakarta karena daerahnya memiliki karakteristik yang sama.
"Sama halnya dengan Kota Salatiga soal kemajemukan, kita kecil secara kewilayahan, tapi problematika kita tinggi karena multi ras dan multi suku," kata Wuri.
Kota Yogyakarta menjadi impian Kota Salatiga, sehingga menjadi pilihan kunjungan belajar. Untuk SD dan SMP di Salatiga, dia mengatakan dilihat dari persentasenya untuk menuju seperti Kota Yogyakarta masih sangat jauh.