logo

Kampus

Hasil Riset Mikroalga UGM Diterapkan di Masjid Raya Solo

Hasil Riset Mikroalga UGM Diterapkan di Masjid Raya Solo
Instalasi Microforest 100 yang berfungsi untuk menyerap CO2 di udara dengan teknologi fotobioreaktor sudah terpasang di Mesjid Raya Syeikh Zayed Sol, sejak Senin (17/6/2024). Instalasi Microforest 100 ini berbasis hasil penelitian tentang mikroalga sebagai penyerap CO2 dari PUIPT Microalgae Biorefinery UGM. Teknologi ini merupakan bentuk kontribusi terhadap komitmen Net Zero Carbon. (EDUWARA/Dok. UGM)
Setyono, Kampus27 Juni, 2024 20:52 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Hasil penelitian tentang mikroalga sebagai penyerap karbon dioksida (CO2) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil diterapkan di Masjid Raya Syeikh Zayed Solo. Teknologi Microforest 100 berbasis mikroalga ini merupakan bentuk kontribusi terhadap komitmen Net Zero Carbon. 

Instalasi ini dibangun berbasis hasil Peneliti Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUIPT) Microalgae Biorefinery UGM, yang diinisiasi Guru Besar Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM, Arief Budiman dan dosen Fakultas BIologi UGM, Eko Agus Suyono. Keduanya bekerja sama dengan startup PT Algatech Nusantara.

Dalam rilis, Kamis (27/6/2024), CEO Algatech Nusantara, Rangga Wishesa, menjelaskan instalasi Microforest 100 terpasang sejak Senin (17/6/2024).

“Instalasi setinggi dua meter tersebut berfungsi untuk menyerap karbon di udara dengan teknologi fotobioreaktor. Ini merupakan prototipe Algaetree, yakni teknologi dekarbonisasi untuk mengatasi produksi karbon atau CO2 di udara terbuka,” katanya.

Dipaparkan Rangga, sistem Microforest 100 akan menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar, bahkan setara dengan lima pohon dewasa berumur sekitar 15 tahun. Hal ini didasarkan pada kemampuan mikroalga sendiri, yang dapat menyerap karbon dioksida 30-50 kali lipat lebih banyak dibanding tanaman terestrial saat ini.

“Penempatan pertama Microforest 100 di Masjid Raya Syeikh Zayed dirasa cocok karena tingginya tingkat pengunjung masjid tersebut. Alat ini diletakkan di ruangan terbuka supaya dapat menyerap CO2 yang dihasilkan pengunjung,” ujarnya.

Jika nantinya pemasangan Microforest 100 pertama di Indonesia ini berhasil, dan terbukti efektif menyerap karbon dalam jumlah besar, menurut Rangga, Microforest 100 akan dikembangkan lebih lanjut untuk diletakkan di tempat-tempat ibadah seperti Masjidil Haram Mekkah dan Masjid Nabawi.

Fitur Pelengkap

Rangga menambahkan, ke depan PT Algatech Nusantara akan mengembangkan prototipe peneliti UGM dengan menambahkan beberapa fitur pelengkap, seperti pengembangan desain, fabrikasi dan penambahan alat-alat sensor kondisi kultivasi agar Microforest mampu bekerja secara maksimal.

Mikroalga dikenal dengan kemampuannya menyerap karbon dioksida (CO2). Selanjutnya, CO2 akan diserap dan diproses melalui metabolisme yang melibatkan protein, lemak, dan karbohidrat dalam jumlah besar. Mikroalga mudah bertahan hidup di daerah berpolusi, suhu ekstrem, bahkan udara beracun.

“Potensi ini tentunya menarik untuk diteliti lebih lanjut agar bisa mengatasi masalah perubahan iklim di dunia,” katanya.

Direktur Masjid Raya Syeikh Zayed Solo, Munajad, mengatakan pemasangan instalasi hasil penelitian, mikroalga masih memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan lain, seperti bahan bakar bioenergi.

“Harapannya, potensi tersebut dapat dieksplorasi lebih lanjut untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dengan begitu, pengurangan emisi karbon dapat berlangsung secara masif dalam mengatasi perubahan iklim,” jelasnya.

Read Next