Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SOLO - Kualitas pendidikan di suatu negara berkorelasi erat dengan tingkat inovasi dan menjadi salah satu tolok ukur daya saing bangsa. Daya saing bangsa yang tinggi akan mendorong pada kemandirian dan pada akhirnya akan membawa pada kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan yang berkualitas menjadi necessary condition bagi terciptanya bangsa yang inovatif dan berdaya saing.
Hal tersebut disampaikan oleh Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jamal Wiwoho dalam webinar Rilis Survei Nasional Indikator Politik Indonesia “Arah Baru Pendidikan Indonesia: Sikap Publik terhadap Kebijakan Kemendikbudristek”, Minggu (19/6/2022) secara daring.
Seperti diketahui, saat ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah menjalankan beberapa program demi meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Program itu menyasar ke berbagai jenjang, baik pendidikan usia dini, dasar, menengah, serta pendidikan tinggi.
Beberapa program tersebut di antaranya Asesmen Nasional, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) langsung ke sekolah, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang fleksibel, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), serta program terkait dengan guru dan tenaga pengajar.
Program yang dibentuk pemerintah tersebut harapannya dapat mendorong partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, tentunya, dengan banyak tantangan yang harus dihadapi.
“Program pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan misalnya saja program MBKM. Saya melihat karena program tersebut sifatnya program baru, pemerintah seperti tergagap-gagap dalam mengimplementasikannya. Banyak tantangan demi tantangan yang harus dihadapi,” kata Jamal Wiwoho seperti dilansir Eduwara.com, Senin (20/6/2022) dari laman resmi UNS Solo.
Empat Strategi
Jamal menambahkan, tantangan yang dimaksud meliputi pemerataan kualitas guru untuk mengurangi disparitas kualitas pendidikan masing-masing sekolah, penerapan pembelajaran dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS), peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan materi, serta metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Tantangan lain yakni menyeimbangkan antara fleksibilitas pembelajaran dengan penjaminan mutu pembelajaran, implementasi asesmen kompetensi minimum serta survei karakter yang berkualitas dan komprehensif, recovery atas potensi learning loss yang mungkin terjadi selama pembelajaran daring karena pandemi Covid-19.
Selain itu juga upaya mendorong kemandirian belajar siswa, sehingga tidak terlalu bergantung pada guru, peningkatan fasilitas sekolah terutama kaitannya dengan fasilitas berbasis teknologi, hingga revitalitasi pendidikan karakter dan soft skills siswa sesuai dengan yang diamanatkan di Undang-undang Pendidikan Nasional.
Jamal setuju bahwa terobosan baru dalam dunia pendidikan melalui sejumlah program yang tengah dijalankan pemerintah, mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
“Maka untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan beberapa strategi. Pertama, membuat pilot project menjadikan satu kampus sebagai percontohan kampus excellent dalam penerapan program MBKM. Kedua, membuat pilot project delapan kampus yang masing-masing kampus tersebut dipersiapkan mempunyai keunggulan di salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU),” terang dia.
Strategi ketiga, membuat dialog yang dilakukan secara intensif, terstruktur dan terukur untuk menjadikan MBKM menjadi sebuah explicit knowledges bagi sivitas akademika. Keempat, membuat sosialisasi yang dilakukan secara intensif, terstruktur dan terukur untuk menjadikan guru penggerak atau sekolah penggerak. (K. Setia Widodo/*)