Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA – Komisi Perlindungan Anak Indonesia mendorong percepatan vaksinasi bagi anak usia sekolah agar Pertemuan Tatap Muka (PTM) untuk belajar mengajar bisa dilakukan secara optimal.
Komisioner KPAI Jasra Putra mengatakan, pandemi Covid-19 yang berlangsung selama hampir dua tahun mengharuskan anak-anak belajar dari rumah dan mengakibatkan ancaman learning loss, loss protection dan loss generation nyata adanya.
Namun, dia optimistis janji Presiden di Hari Anak Nasional agar semua anak Indonesia bisa segera sekolah lagi, akan segera terpenuhi, dengan hadirnya vaksin untuk anak berumur 6 – 11 tahun.
Vaksinasi akan ini melengkapi vaksin sebelumnya yang telah disuntikkan kepada 23,22 juta anak di kelompok usia 12 – 17 tahun dari target capaian 26,7 juta anak di umur ini.
“Usia sekolah anak terbanyak adalah di rentang usia ini, sehingga keinginan pemerintah membuka PTM di seluruh sekolah awal tahun depan sangat rasional. Sekolah yang telah PTM sebelumnya dan terdeteksi ada penularan Covid, hendaknya menjadi prioritas vaksinasi anak umur 6 – 17 tahun,” ujar dalam siaran pers KPAI, Jumat (26/11/2021).
Namun demikian, pelaksanaan vaksinasi pada rentang usia 6—11 tahun dihadapkan pada tantangan ketersediaan vaksin. Sinovac yang telah lulus uji fase Badan POM, kata Jasra, seharusnya didukung oleh vaksin jenis lain sehingga bisa memenuhi ketersediaan vaksin.
“Kami mendorong vaksin merek lain untuk mendaftar di Badan POM untuk pengujian bagi anak usia 6—11 tahun dan dapat segera dilakukan penyuntikan, sehingga saat PTM dilakukan anak telah terlindungi,” tutur Jasra.
KPAI, lanjut Jasra, mendukung pelaksanaan PTM karena tak semua anak bisa maksimal mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Berdasarkan survei yang dilakukan KPAI terdapat perbedaan cara belajar setiap orang tua, sehingga menyebabkan anak anak mengalami ketertinggalan yang sangat jauh.
Kondisi ini kalau tidak dijembatani, tambahnya, akan semakin menjauhkan sekolah dari anak dan orang tua. Ancaman putus sekolah pun akan tinggi, Disamping itu, orang tua beralasan belum aman memberi kepercayaan ke sekolah, akibat belum semua divaksin.
“Tidak dipungkiri transformasi cepat digital di dunia pendidikan, juga telah memberi model baru pembelajaran untuk sekolah, dimana anak dan orang tua merasa nyaman belajar dari rumah. Terutama mereka yang memiliki fasilitas, media dan dukungan pembelajaran yang mumpuni,” tutur Jasra.
Namun demikian,lanjut Jasra, pola belajar ini tidak sepenuhnya bisa diterapkan untuk anak anak yang masih sangat butuh perhatian, pendidikan kedisiplinan dan pendampingan khusus. Meski pilihan model belajar direkomendasikan lebih baik dilakukan dengan tatap muka, karena banyak proses belajar yang tidak bisa tergantikan.
Mendukung PTM, kata Jasra, sama artinya dengan mendukung suksesnya vaksinasi anak. Dia mengapresiasi kerja keras dari Badan POM, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Asia Pacific Pediatric Association dan para ahli akademisi dalam menemukan, mengeluarkan izin dan memperkuat para orang tua, untuk segera mengantarkan anak anaknya untuk vaksin Covid-19.
“Ini semua agar Indonesia benar benar dapat mempersempit gerak virus Covid 19, sehingga saat PTM berjalan tahun depan. Benar benar penyelenggaraan pendidikan benar benar dapat berjalan tanpa gangguan Covid-19,” pungkas Jasra. (Bhakti)