logo

Kampus

ADAPT, Kunci Lulusan Perguruan Tinggi Menjadi Future-Fit Leader

ADAPT, Kunci Lulusan Perguruan Tinggi Menjadi Future-Fit Leader
Wisuda ke-102 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (20/1/2021). (EDUWARA/UMM)
Fathul Muin, Kampus21 Januari, 2022 00:32 WIB

Eduwara.com, MALANG — ADAPT, yakni akronim dari anticipate, drive, accelerate, partnership, dan trust merupakan modal lulusan perguruan tinggi menjadi future-fit-leader.

Managing Director Consulting and Senior Client Partner Korn Ferry Indonesia, Satya Radjasa, mengatakan berdasarkan studi, supply future-fit leader yang dimiliki Indonesia hanya mencapai 15 persen saja, sisanya  future leader yang tidak fit dengan keadaan masa depan.

"Kecepatan teknologi akan sangat berpengaruh pada muncul dan hilangnya sebuah posisi jabatan," katanya pada Wisuda ke-102 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (20/1/2021).

Menurut dia, hal itu bisa dilihat dari berbagai perubahan yang terjadi banyak aspek, salah satunya dalam aspek perbankan. Jika dulu kompetitornya adalah sesama perbankan, kini mereka juga harus menghadapi persaingan dengan financial technology companies seperti OVO, Gopay, LinkAja, hingga Dana.

Apalagi setelah datang pandemi Covid-19, kata dia, fenomena ini membuat semua hal harus ber-mindset teknologi serta ada perubahan yang cepat. Begitupun yang terjadi dengan aktivitas perusahaan yang kini lebih menginvestasikan pada IoT, artificial intelligence, blockchain dan lainnya. Hal ini memunculkan skilll dan jabatan baru.

"Sayangnya, hal ini tidak dibarengi dengan kualitas manusia sehingga ada beberapa perusahaan yang menilai bahwa investasi di bidang digital transformation hanya buang-buang waktu dan biaya. Maka sudah sepatutnya kita memiliki skill masa depan, mulai dari kreativitas yang tinggi, complex problem solving, learning agility, emotional intelligence dan berbagai skill lain yang menarik," tegasnya.

Menurut Satya, kini para investor tidak hanya fokus pada raihan masa lalu dari para leader. Tapi juga melihat seberapa visioner mereka sehingga bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan yang mungkin terjadi.

Karena itulah, dia berharap, wisudawan UMM harus menjadi pemimpin yang fit dengan perubahan. Salah satu caranya adalah dengan memiliki dan melakukan ADAPT, yakni anticipate, drive, accelerate, partnership dan trust. Kelima hal ini menjadi poin penting dalam menghadapi tantangan zaman.

Salah satu wisudawan doktoral internasional UMM, Robert John Pope, menyampaikan UMM telah memberikannya perspektif baru lewat program pendidikan agama Islam yang telah ia selesaikan.

Ada dua hal yang dipelajari dari UMM, yakni mengenai perbedaan yang dianggap sebagai sesuatu yang positif. Setiap orang seyogyanya bisa memahami dan mengerti perbedaan dengan baik, bukan malah saling menyalahkan.

UMM juga telah mengajarkan untuk tidak takut berpikir kritis, tidak boleh berhenti pada pemikiran yang stagnan tapi harus bergerak ke pemikiran yang dinamis. Dengan begitu, kita akan menghasilkan banyak inovasi dan manfaat.

"Satu pesan saya untuk para wisudawan adalah jadilah seorang global citizen, yakni bisa menjadi pribadi berani untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda, tidak hanya pada mereka yang sama," ungkapnya.

Rektor UMM, Fauzan, berharap segala pengalaman dan ilmu yang didapat oleh wisudawan bisa diimplementasikan di masyarakat. Menjadi seorang problem solver atas pelbagai permasalahan.

Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur, Soeprapto, mengapresiasi beragam prestasi yang sudah diraih oleh UMM, mulai dari level regional, dimana UMM mampu membukukan diri sebagai kampus terbaik di Jawa Timur selama 14 tahun berturut-turut. Begitupun dengan level nasional hingga internasional, MM bisa masuk di 10 besar kampus Islam terbaik dunia.

Read Next