logo

Bisnis

Alumnus UNS Solo Nyalakan Indonesia Lewat Literasi

Alumnus UNS Solo Nyalakan Indonesia Lewat Literasi
Founder Nyalanesia, Lenang Manggala yang juga alumnus Prodi PBSI FKIP UNS Solo. (EDUWARA/Humas UNS Solo)
Redaksi, Bisnis06 Oktober, 2022 00:17 WIB

Eduwara.com, SOLO – Alumnus Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Lenang Manggala merintis Nyalanesia yang merupakan singkatan dari Mari Nyalakan Masa Depan Indonesia.

Nyalanesia adalah perusahaan pengembang program literasi sekolah terpadu, yang memfasilitasi siswa dan guru agar dapat menerbitkan buku, mendapatkan pelatihan dan sertifikasi kompetensi.

“Dengan dukungan teknologi terintegrasi, penyelenggaraan beragam event literasi dan pengembangan komunitas berbasis sharing economy, Nyalanesia hadir dengan nafas socio-edupreneur untuk menciptakan ekosistem literasi terbesar di Indonesia,” ungkap Lenang seperti dilansir Eduwara.com, Rabu (5/10/2022) dari laman UNS Solo.

Semasa kuliah, sebenarnya Lenang telah membuat komunitas menulis dengan tujuan mengajak lebih banyak orang untuk lebih akrab dengan kegiatan membaca dan menulis. Sampai akhirnya, ketika saat semester VIII, dirinya teringat akan masa sekolah dan juga Guru Bahasa Indonesia, Pak Abikusna.

Lenang yakin bahwa setiap anak punya potensi, perihal pentingnya kemampuan berliterasi, serta bagaimana pada akhirnya dunia menghargai semua bukan karena nilai rapor tetapi atas karya-karya yang diciptakan.

"Membuat saya tercetus gagasan untuk menjadikan komunitas menulis saya dapat tumbuh lebih besar dan profesional. Hingga akhirnya, akan lebih banyak sekolah yang dapat memfasilitasi anak didiknya untuk belajar dan berkarya bersama melalui Nyalanesia,” terang Lenang.

Saat ini, sambung Lenang, Nyalanesia telah bermitra dengan lebih dari 2.500 sekolah di 34 provinsi di Indonesia. Kemudian telah membantu lebih dari 300.000 siswa dan guru untuk belajar, berkarya, dan menerbitkan buku.

Lenang mendirikan Nyalanesia untuk membuktikan bahwa seluruh anak memiliki potensi dan masa depan. Seluruh anak potensial, tidak ada yang benar-benar nakal.

Mereka hanya sedang mencari atau menunjukan eksistensinya. Jika sekolah atau para guru bisa memfasilitasinya, setiap anak akan tumbuh sebagaimana mestinya, dan akan berhasil mewujudkan masa depannya.

"Itu yang saya rasakan saat Pak Abikusna, mau dan mampu melihat sekaligus memfasilitasi potensi saya. Saya diajak dan didampingi untuk mengasah skill menulis saya, hingga berhasil mendapatkan gelar juara. Berkat Pak Abikusna, akhirnya saya dapat menemukan passion dan jalan kontribusi saya. Saya masuk UNS di Prodi PBSI juga berkat saran dari Pak Abikusna,” tutur Lenang.

Dalam membangun Nyalanesia, Lenang pun mengakui ingin anak-anak lulus sekolah tidak hanya membawa pulang rapor, tetapi juga karya.

“Saya ingin para guru dan penggerak literasi, hidupnya lebih sejahtera dan bermakna, karena berhasil mendampingi anak-anak untuk berkarya dan menemukan jati dirinya,” kata Lenang.

Suka dan Duka

Lenang melanjutkan, selama membentuk Nyalanesia tak terlepas dari suka dan duka yang dihadapi. Namun, perihal suka dan duka, Lenang telah menikmati setiap momennya. Karena keberhasilan dan kegagalan adalah jembatan untuk melanjutkan perjalanan.

“Saya pernah menanggung kerugian dan hutang ratusan juta rupiah hanya demi membuat biaya partisipasi program di Nyalanesia tetap di harga yang semurah mungkin, agar para siswa tidak keberatan dengan biayanya. Tetapi berkat membaca buku-buku bertema inovasi, Nyalanesia akhirnya bangkit dan kini menjadi perusahaan yang sehat tanpa perlu membebankan biaya yang berat,” tutur Lenang.

Terakhir Lenang berpesan untuk belajar dengan penuh integritas dan bersegera menyusun gagasan untuk bergabung dengan orang-orang yang kini tengah berupaya membuat dunia lebih baik dari sebelumnya.

Saat ini, lebih dari 700 juta umat manusia hidup di bawah garis kemiskinan. Dua dari 10 anak di dunia, tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk bangun pagi dan berangkat ke sekolah.

"Jika saat ini kalian menempuh kuliah dan masih mampu membeli makanan yang layak, maka belajarlah dengan penuh integritas. Sesekali pinggirkan pacarmu yang banyak mau atau untuk membeli HP baru. Dunia membutuhkan karya-karya dan kontribusimu, lebih dari yang kamu tahu. Kalian punya waktu,” tukas Lenang. (K. Setia Widodo/*)

Read Next