Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, MALANG — CEO & Co-Founder Cakap, salah satu perusahaan edukasi teknologi di Indonesia, Tomy Yunus, memberikan rumus agar berhasil mencetak SDM unggul di Indonesia, yakni kecakapan bahasa asing dan akses pelatihan kemampuan vokasi.
Menurut Tomy, kecakapan bahasa asing merupakan kunci bagi siapapun untuk berkembang. Dia sendiri mendirikan Cakap sebagai platform pembelajaran bahasa online karena pengalaman dan juga pendiri Cakap lainnya yang memiliki pengaruh besar dalam hidupnya.
"Sebenarnya kami ini adalah living proof bahwa seseorang yang biasa-biasa aja, once we can acquire one skill, which is language, it's very powerful. Langsung peluang itu terbuka double or even triple," kata Tomy dalam keterangan resminya, Rabu (20/4/2022). Pernyataan itu disampaikan Tomy di kanal Youtube-nya Gita Wirjawan di acara Endgame Season 3 episode 23.
Di Indonesia, Tomy menilai, akses pembelajaran bahasa asing yang berkualitas dengan harga terjangkau masih terbilang cukup sulit. Untuk itu, Cakap hadir sebagai solusi pendidikan yang saat ini telah memberikan kelas pembelajaran bahasa asing meliputi Bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, serta Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA).
"Ke depan, melihat kebutuhan akan pentingnya belajar bahasa asing, Cakap berharap akan dapat menambah program bahasa negara lain," ucapnya.
Menurut Tomy, kemampuan bahasa asing memiliki kekuatan yang dapat memberikan banyak peluang. Penguasaan bahasa asing juga menentukan performa dari suatu negara.
"Ada riset yang dilakukan oleh UN dan dikutip oleh Harvard Business Review yang menunjukan bahwa ada strong correlation dari GNI per capita di negara dengan kemampuan bahasa Inggris," katanya.
SDM Indonesia diharapkan semakin menyadari betapa pentingnya kecakapan bahasa Inggris agar dapat menjadi individu dengan kompetensi yang berkualitas serta berdaya saing global.
Kemampuan Vokasi
Yang tidak kalah penting, kata Tomy, terkait akses pelatihan kemampuan vokasi karena pendidikan vokasi yang baik dan mumpuni dapat mencetak generasi yang siap kerja. Saat ini, kemampuan vokasi dengan skill yang spesifik lebih diperhitungkan di pasar kerja dibandingkan dengan ijazah pendidikan tinggi.
Menurut data Kemenristekdikti, pendidikan vokasi di Indonesia hanya 16 persen dari seluruh institusi pendidikan yang ada di tanah air. Padahal perluasan akses pelatihan kemampuan vokasi dapat menjadi solusi dalam mempercepat pembangunan kompetensi SDM.
Sejak 2020, lanjut Tomy, pandemi telah memberikan solusi digital dalam memperluas akses pelatihan kemampuan vokasi, seperti program Kartu Prakerja dari pemerintah. Program tersebut sejauh ini telah memberikan kontribusi dalam menekan tingkat pengangguran di Indonesia. Kartu Prakerja juga telah bermitra dengan berbagai perusahaan edukasi yang telah mendukung kesuksesan program ini.
Tomy mengatakan pendidikan berbasis teknologi telah memberikan pembelajaran yang inklusi bagi masyarakat Indonesia. Cakap, sebagai salah satu mitra dari Kartu Prakerja, juga turut berkontribusi dalam memberikan pembelajaran upskilling (kelas vokasi). Program sertifikasi ini dapat mendampingi peserta belajar untuk memperoleh kemampuan baru dan terkini.
"Kalau Indonesia dapat berinvestasi dalam pendidikan vokasi, dampaknya akan sangat terlihat bahkan dalam 2 hingga 3 tahun ke depan. Hal ini dapat memberikan exponential growth pada SDM Indonesia," tambahnya.
Tomy berharap, perkembangan pendidikan vokasi harus semakin digencarkan untuk persiapan menuju bonus demografi. Pendidikan vokasi melalui pelatihannya dapat menekan angka pengangguran di daerah Indonesia serta mewujudkan generasi emas sesuai dengan visi misi Indonesia 2045.