logo

Gagasan

Begini Pentingnya Peran Partisipasi Publik dalam Melestarikan Warisan Dokumenter Nasional

01 April, 2022 13:10 WIB
Begini Pentingnya Peran Partisipasi Publik dalam Melestarikan Warisan Dokumenter Nasional
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Imam Gunarto dalam seminar daring bertema “Registrasi Warisan Dokumenter Indonesia: Memorimu, Memori Kita Bersama", Kamis (31/3/2022) (Eduwara/Bhakti)

Eduwara.com, JAKARTA— Partisipasi publik dan komunitas berperang penting dalam menggali dan melestarikan warisan dokumenter.

Hal itu tercetus saat Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menyelenggarakan seminar daring bertema “Registrasi Warisan Dokumenter Indonesia: Memorimu, Memori Kita Bersama” melalui aplikasi zoom dan disiarkan langsung melalui saluran akun youtube Arsip Nasional RI. 

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Imam Gunarto mengatakan, tema yang diangkat memiliki makna partisipatif dan kolektivitas, yang berarti bahwa setiap orang memiliki memori dan dalam suatu keluarga memiliki memori bersama seluruh anggota keluarga.

Hal itu kemudian meningkat lebih luas lagi ke setiap komunitas, daerah, wilayah juga memiliki memori bersama, kolektif, yang bila diintegrasikan secara nasional bisa menjadi memori bersama dari suatu bangsa bahkan dunia.

Dikatakan Imam, webinar ini merupakan upaya menyosialisasikan tata cara registrasi Memori Kolektif Bangsa (MKB), Ingatan Kolektif Nasional (IKON) dan Memory of the World (MoW) agar penyelamatan, pelestarian dan akses warisan dokumenter nasional dapat lebih dioptimalkan. 

“Kami juga ingin membangun jejaring dan kolaborasi antara lembaga atau pelestari warisan dokumenter dan membangun kesadaran tentang keberadaan dan penyelamatan warisan dokumenter, agar daerah, institusi, organisasi, komunitas, keluarga, tokoh dan lain-lain melakukan registrasi koleksinya menjadi MKB,” tutur Imam, Jumat (1/4/2022).

Imam mengaku memiliki kekhawatiran tersendiri terkait memori kolektif desa yang berpotensi tercerabut dari akarnya.  Terlebih, saat ini desa juga sudah memasuki gaya hidup sub urban, karena hanya diisi oleh kaum ibu, orang-orang tua dan anak-anak karena kaum pria memilih untuk merantau mencari penghidupan di kota.

“Memori desa ini bisa jadi bias. Ini jadi keprihatinan kita semua. Jadi induknya adalah tertib arsip dan sejarah desa. Kita harus lakukan daya dan upaya jaga warisan dokumenter. Jaga agar tetap genuine dan khas,” tutur Imam.

Dikatakan dia, pihak Arsip Nasional telah menyiapkan alat registrasi arsip yang nantinya dimiliki komunitas. Hal ini, lanjut Imam, sesuai dengan amanat presiden. 

“Kami akan buka ruang partisipasi publik. Kami optimalisasikan kekayaan seni dan budaya. Kami juga membangun jejaring lembaga, pelestari dan bangun kesadaran tentang penyelamatan dokumentar agar institusi segera lalukan registrasi kolektifnya. Program apapun hasilkan sesuatu yang hebat dengan kolaborasi kuat dan penuh pengabdian. Untuk kepentingan bangsa,” papar Imam.

Sinergi Kolaborasi

Sementara itu, Kepala Perpustaaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) yang diwakili oleh Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas RI Ofy Sofiana menyampaikan pentingnya kolaborasi dan sinergi antar-instansi dalam menggali dan memperkenalkan warisan dokumenter. 

“Kerja sama dan sinergi yang melibatkan instansi pemerintah, dalam hal ini Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional serta lembaga-lembaga lain di luar pemerintah harus terus diupayakan untuk menggali dan memperkenalkan warisan dokumenter kepada masyarakat luas,” papar Ofy.

Lebih lanjut diungkap Ofy, dalam rangka mengoordinasikan dan memayungi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan keberadaan warisan dokumenter, khususnya naskah kuno, yang tersebar di seluruh Indonesia, Perpustakaan Nasional telah membentuk wadah yang dinamakan IKON. Keberadaan IKON ini tidak terlepas dari keberadaan MOW-Indonesia karena warisan dokumenter yang didaftar sebagai IKON akan diusulkan untuk dinominasikan sebagai MoW, tentunya melalui MoW Indonesia terlebih dahulu.

Read Next