logo

Kampus

Besok, Rektor UII Yogyakarta Ditetapkan

Besok, Rektor UII Yogyakarta Ditetapkan
Suasana Rapat Senat Universitas Pemilihan Calon Rektor Terpilih UII Periode 2022-2026, Senin (7/3/2022). Satu dari tiga nama yang terpilih kemarin, akan ditetapkan sebagai Rektor, Rabu (9/3/2022). (EDUWARA/Humas UII)
Setyono, Kampus08 Maret, 2022 18:55 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Tiga nama dari lima calon Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dinyatakan lolos dalam Rapat Senat Universitas Pemilihan Calon Rektor Terpilih UII Periode 2022-2026, Senin (7/3/2022).

Ketiga nama ini selanjutnya diserahkan ke Pengurus Yayasan Wakaf UII Yogyakarta untuk ditetapkan sebagai Rektor pada Rabu (9/3/2022) besok.

Lima Calon Rektor yang sebelumnya meraih suara terbanyak dan memaparkan visi misinya pada 23 Februari lalu, yaitu Fathul Wahid dari Program Studi Teknik Informatika, Rohidi Dosen Program Studi Hukum, Riyanto Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, yang meraih 82 suara.

Lalu di urutan keempat ada nama Ilya Fadjar Maharika Dosen Program Studi Arsitektur dan Zaenal Arifin Dosen Program Studi Manajemen.

"Ketiga nama ini dipilih dalam Rapat Senat kemarin di Auditorium Prof KH Abdulkahar Mudzakir UII. Sebanyak 144 anggota Senat Universitas berpartisipasi memberikan hak suaranya," kata Ketua Panitia Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor UII Periode 2022-2026 Masduki, Selasa (8/3/2022).

Ketiga nama yang bertarung di seleksi akhir yaitu Fathul Wahid dengan perolehan 67 suara, Riyanto dengan 19 suara, dan Ilya Fadjar Maharika dengan raihan 10 suara. Fathul saat ini menjabat sebagai Rektor UII Yogyakarta periode 2018-2022.

"Kami akan mengajukan nama-nama ini ke Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, untuk kemudian dipilih salah satu dan ditetapkan sebagai Rektor UII pada 9 Maret 2022," terang Masduki.

Rencana Aksi

Masduki mensyukuri semua proses pemungutan suara oleh para senator berjalan lancar. Hal ini menunjukkan kualitas demokrasi di UII, dalam hal penyampaian hak suara, dilaksanakan dengan baik.

Sebelum dipilih oleh senator, kelima kandidat itu sebelumnya menyampaikan kembali substansi rencana aksi yang disimak oleh para senator. Artinya, senator mendengar langsung bagaimana para calon menyampaikan gagasan untuk kemajuan UII.

"Ini satu nuansa yang penting untuk dilihat, bahwa sebelum memilih, senator diingatkan kembali siapa saja calon dan agenda kerjanya, sehingga dapat meyakini ketika mereka memilih sudah berbasis pada pengetahuan," paparnya.

Berkaitan dengan proses pemilihan oleh Senat, Masduki mengemukakan secara teknis dapat dikatakan lancar. Para senator dalam penyampaian hak suara juga sangat apresiatif dan partisipatif.

Lebih jauh dari itu, hasilnya juga menunjukkan keselarasan antara apa yang menjadi suasana kebatinan di seluruh sivitas akademika dengan suara yang disampaikan oleh Senat.

"Hal-hal yang sifatnya terukur, seperti jumlah yang memberikan hak pilih ada 114 atau 79,16 persen, dengan suara tidak sah sebanyak satu suara. Jumlah anggota Senat ada 144 orang, namun yang hadir dalam Rapat Senat hanya 120 anggota," paparnya.

Dalam paparannya, Fathul Wahid menawarkan rencana aksi tentang bagaimana UII menahan laju liberalisasi universitas atau godaan menjadi bagian dari agenda neoliberal. 

Selanjutnya, gagasan Ilya Fadjar Maharika tentang bagaimana peran Tenaga Kependidikan bagi kelangsungan UII. Ia mencontohkan seperti universitas di negara-negara Eropa Barat yang memisahkan antara tugas administratif dan karir akademik.

"Selama inikan ada semacam wilayah yang tidak jelas, dosen juga punya kewenangan di struktural non-akademik yang itu sebetulnya sudah tidak relevan. Itu akan mengganggu kewajiban dosen untuk produktivitas akademiknya," tandas Masduki.

Read Next