logo

Kampus

Carut Marut Pengelolaan Industri Picu Penurunan Jumlah Mahasiswa PTS di DIY

Carut Marut Pengelolaan Industri Picu Penurunan Jumlah Mahasiswa PTS di DIY
Mendikti Saintek Brian Yuliarto saat memberikan arahan kepada para pimpinan perguruan tinggi swasta (PTS) di Kampus UMY, Rabu (19/3/2025). (EDUWARA/Dok. UMY)
Setyono, Kampus20 Maret, 2025 09:22 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Sejumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluh tentang jumlah mahasiswa baru yang semakin menurun setiap tahun. Penurunan jumlah mahasiswa baru ini disebut karena carut marutnya struktur dan pengelolaan industri di Indonesia.

Fakta penurunan minat berkuliah di PTS Yogyakarta ini disampaikan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL DIKTI) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Setyabudi Indartono, saat bertemu dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikti Saintek), Brian Yuliarto, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (19/3/2025).

“Sebanyak 100 PTS di Yogyakarta saat ini menghadapi permasalahan penurunan jumlah pendaftar mahasiswa pada setiap tahunnya. Di mana belakangan ini, PTS di Yogyakarta mencatat penurunannya mencapai sebesar 10 persen,” kata Setyabudi.

Melihat kondisi ini, 100 PTS di Yogyakarta telah melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU). Di mana seluruh PTS di Yogyakarta tidak ada yang tidak memiliki kerja sama dengan perguruan tinggi lainnya.

“Hal ini menjadi salah satu komitmen kami untuk menanggulangi permasalahan yang ada. Sehingga pada 2028 mendatang, sebanyak 51,15 persen program studi akan terakreditasi Unggul,” jelas Setyabudi.

Dalam paparannya, Mendikti Saintek Brian Yuliarto, mengatakan permasalahan yang kini sedang dihadapi 100 PTS di Yogyakarta itu dapat teratasi apabila peran industri di Indonesia diperkuat.

“Jumlah pendaftar mahasiswa terkhusus, di PTS Yogyakarta, karena adanya struktur dan pelaksanaan industri di Indonesia yang cukup kalang kabut,” kata Brian.

Prioritas Utama

Brian memaparkan industri di Indonesia memainkan peran yang sangat penting dan strategis dalam mendukung keberlanjutan sektor pendidikan di tanah air. Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan global, penguatan sektor industri menjadi semakin vital untuk menciptakan ekosistem yang mampu menghubungkan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja yang terus meningkat.

Saat ini, sektor industri di Indonesia yang dulu mampu memproduksi suatu ‘barang’, kini telah berubah dengan hanya menjual ‘barang’. Brian meyakini sebuah negara tidak akan menjadi negara maju ketika tidak memiliki kemampuan memproduksi ‘barang’nya sendiri.

“Ketika ditelisik lebih dalam, keadaan sektor industri di Indonesia saat ini mirip dengan kondisi pada 1977. Hal tersebut tentunya memberikan pengaruh yang cukup besar pada kondisi ekonomi negara kita,” paparnya.

Sehingga, lanjut Brian, Presiden Prabowo Subianto ingin mengembalikan Indonesia pada jalur sesungguhnya supaya dapat menciptakan kemampuan membayar kuliah dan lapangan kerja yang semakin meluas.

Nantinya, apabila sektor industri kembali muncul dan berkembang maka akan berdampak juga pada kualitas kesejahteraan masyarakat suatu negara. Keinginan atau motivasi seseorang untuk mengenyam pendidikan tinggi pun akan meningkat secara linear.

Brian menambahkan, saat ini pemerintah ingin menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama sehingga kebangkitan industri di tanah air pun menjadi tanggung jawab warga Indonesia.

“Memang industri menjadi tantangan luar biasa bagi sektor pendidikan. Namun, kita tetap harus berjuang lebih keras dengan keterbatasan yang ada. Buatlah anak-anak kita memiliki mimpi yang begitu besar dan tinggi,” tutupnya.

Read Next