logo

EduBocil

Di Daerah 3T, Banyak Siswa SD Belum Bisa Baca

Di Daerah 3T, Banyak Siswa SD Belum Bisa Baca
Di SDN 1 Talang Jawa Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, Alya Nurfita Bella tidak hanya mengajar materi pembelajaran sesuai disiplin ilmunya, yaitu Pendidikan Fisika, tapi ia juga mengajar olah raga dan mendampingi siswa dalam pembuatan majalah dinding. Alya, mahasiswa Fakultas MIPA UNY, adalah peserta Program Kampus Mengajar Angkatan Kedua. ((EDUWARA/Dok. Pribadi))
Setyono, EduBocil15 Desember, 2021 21:30 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menemukan kiat sendiri dalam memberikan pelajaran membaca pada siswa yang berada di terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Lewat program 'Kampus Mengajar', keberadaan mahasiswa dinilai membantu kekurangan tenaga pengajar.

Dalam rilis Rabu (15/12/2021), UNY mengumumkan satu mahasiswanya dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Fisika Fakultas MIPA Alya Nurfita Bella terlibat dalam Kampus Mengajar Angkatan Kedua.

Alya ditempatkan di SD Negeri 1 Talang Jawa Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

"Motivasinya ingin mengabdi di bidang pendidikan, peningkatan literasi dan numerasi bagi peserta didik, khususnya di tingkat SD di daerah asal. Lewat kampus mengajar ini saya bisa membantu kekurangan dalam bidang pendidikan," katanya.

Di sekolah ini Alya mengajar kelas satu sampai kelas tiga. Dirinya menemukan banyak peserta didik yang masih tertinggal jauh materi pembelajarannya, bahkan masih banyak peserta didik yang sulit dalam membaca.

Kiat yang digunakan Alya untuk mengajar siswa membaca adalah setiap hari peserta didik setelah menulis diwajibkan untuk membaca tulisan mereka sendiri.

"Para siswa kurang begitu mengalami kesulitan untuk menulis karena melihat contoh pada papan tulis. Namun apabila ada yang benar-benar kesulitan, saya berikan bimbingan belajar setelah pulang sekolah" katanya.

Alya bercerita SD Negeri Talang Jawa relatif baru karena berdiri 2019. Namun karena menerima limpahan siswa dari sekolah dasar lainnya maka SD tersebut telah memiliki siswa lengkap sejak kelas satu hingga kelas enam.

Selama pandemi ini, proses belajar mengajar juga menerapkan sistem pembelajaran secara daring. Namun terdapat kendala karena mayoritas siswa tidak memiliki gawai berbasis android, banyak yang tidak mendapatkan pelajaran.

Sebagai solusinya, siswa yang tidak memiliki gawai bisa mengikuti pembelajaran terbatas di sekolah secara luring dengan kuota sehari tiga orang siswa dan diajar bergantian agar tidak terjadi kerumunan.

"Kebanyakan orang tua siswa di sekolah ini adalah petani. Saat ini, proses pembelajaran luring terbatas mulai diterapkan seiring meredanya pandemi," jelasnya.

Dalam penerapan protokol kesehatan, Alya mengatakan, untuk kelas yang berisikan peserta 18 siswa atau kurang, maka proses pembelajaran berlangsung setiap hari dengan durasi dua jam. Sedangkan bila siswa lebih dari 18 orang dibagi menjadi dua sesi dan tidak setiap hari masuk kelas.

Sebagai mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika, Alya tidak hanya mengajarkan materi pembelajaran ilmu pengetahuan alam seperti praktikum sederhana mengenai fluida, yang mengajarkan benda melayang, mengapung dan tenggelam.

"Saya juga memberikan mata pelajaran yang lain seperti olahraga dan pembuatan majalah dinding," tutupnya. 

Read Next