logo

Kampus

Di Gunungkidul, Mahasiswa UNY Dampingi Produsen Pathilo

Di Gunungkidul, Mahasiswa UNY Dampingi Produsen Pathilo
Proses pembuatan pathilo di Desa Tepus, Gunungkidul, masih berskala tradisional. (EDUWARA/Humas UNY)
Setyono, Kampus23 Desember, 2021 17:09 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Tiga belas mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Riset dan Penalaran (UKM Kristal) mendampingi produsen pathilo di Kabupaten Gunungkidul.

Terpusat di Desa Tepus, Kecamatan Tepus, para produsen pathilo atau krupuk rengginang berbahan dasar singkong yang merupakan makanan khas Gunungkidul, dibantu dalam peningkatan produksi dan pemasaran.

Ketua kelompok Agnesti Cahya Diartyani menjelaskan dalam kegiatan ini selain membantu kelompok pengusaha kerupuk pathilo, pendampingan ini merupakan implementasi mata kuliah yang didapatkan di kampus.

"Kami melihat kegiatan produksi, pemasaran serta inovasi pathilo masih berskala tradisional. Sangat dibutuhkan pendampingan mengenai peningkatan mutu dan kualitas untuk menambah nilai jual produk," jelasnya, Kamis (23/12/2021).

Tidak hanya itu, pendampingan akan berlanjut sampai pengemasan yang memadai, pemasaran yang semakin luas hingga dikenal banyak orang, dan inovasi produksi yang efisien serta efektif bagi produsen. 

Agnesti menegaskan dalam membantu para produsen, dia bersama rekan-rekannya akan menerapkan ilmu mata kuliah manajemen UMKM dan kewirausahaan dengan menggunakan berbagai konsep, strategi usaha, dan analisis SWOT.

Sementara, melalui mata kuliah kimia dasar, biologi dasar, teknik boga, untuk membantu proses pembuatan kerupuk pathilo supaya lebih higienis, sehat, awet, dan bercita rasa tinggi. Sedangkan dengan mata kuliah transformasi digital sebagai pengelola dan pengembangan pemasaran produk.

"Kami juga memberikan sejumlah pelatihan serta pemberian mesin pengaduk adonan dan mesin  pencetak kerupuk pathilo. Kami berharap pendampingan ini berjalan secara terpadu mulai dari perencanaan, implementasi, pengawasan, evaluasi, dan kerja sama masyarakat sekitar," ungkapnya.

Anggota tim yang lain, Andita Septianing Wahdani melihat bahwa dengan pelatihan pengelolaan pemasaran dan publikasi UMKM pada e-commerce serta laman web khusus UMKM Desa Tepus maka strategi promosi serta penawaran produk di sistem media sosial akan semakin memperbesar peluang pasar pathilo.

Dari sisi produksi, Ilham Saputra mengatakan pembuatan kerupuk pathilo masih menggunakan cetak manual yang melibatkan kontak fisik tanpa sarung tangan. Prosesnya memakan waktu yang sangat lama satu hari hanya mampu menghasilkan 200 kg.

"Diperlukan pengembangan alat yang dapat mempermudah dalam produksi serta dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil untuk mendukung keberlanjutan unit usaha agar lebih optimal dan memiliki daya saing tinggi. Kami membuat mesin pencetak kerupuk pathilo," kata Ilmah.

Kepala Desa Tepus Supardi gembira karena pendampingan dapat meningkatkan mutu dan kualitas untuk menambah nilai jual produk pathilo, dimulai dari pengemasan yang memadai, pemasaran yang semakin luas hingga dikenal banyak orang, dan inovasi produksi yang efisien dan efektif bagi produsen.

"Peran pemuda dalam pemasaran digital juga dibutuhkan karena produsen pathilo banyak yang sudah tua dan belum melek teknologi," katanya.

Read Next